Laki-laki itu menengadahkan kepalanya ke langit malam.
Mulutnya merapal sesuatu.
Matanya menatap tajam.
Sesekali mengedip.
Makin malam, kegiatannya makin menjadi-jadi.Saya yang dari kejauhan pun heran. sedang apa laki-laki itu?
Apakah dia sedang mencari planet?
Bintang jatuh?
Melihat bulan sabit?
Menghitung Kelelawar?
Ah.. Dia sedang apa?Tanpa perlu saya dekati dan bertanya secara langung, dia malah berujar "saya sedang mencari seseorang yang katanya akan kembali dari perjalanannya yang panjang".
Haha.. Dasar bodoh. Malah mau menunggu seseorang yang jelas-jelas sudah tidak akan pernah kembali, ucapku dalam hati.
"Hei.. Saya sedang jatuh cinta! Dan saya akan melakukan apapun selagi saya jatuh ataupun berhenti mencintainya. Untuknya, saya ikhlas melakukan apapun." katanya lagi-lagi tanpa mendengar suara saya.
Loh, kenapa dia bisa mendengar saya?
Haha...
Ternyata laki-laki itu adalah wujud dari saya sendiri. Pantas saja saya bisa menjawab tanpa perlu mendengarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu Adalah Perang
Poetry"Akan ada saatnya dimana kita bisa memilih dan sedia menerima pilihan. Sebab cita-cita cinta hanya bisa di usahakan, tanpa bisa di paksakan. Akan ada saatnya dimana aku kembali lagi bersama diriku sendiri. Sebab setelah jauh mengikuti langkahmu, aku...