Di tengah keramaian, kita masih saja sibuk mencari sementara lupa pada kepasrahan.
Di tengah belantara, kita masih saja suka merindu sementara lupa kalau semesta sedang menanggung cemburu.
Di tengah laut, kita masih saja berteriak dengan suara parau sementara lupa kalau doa itu lebih berharga dari desau.Aku tahu kita sama, saling menghawatirkan, tapi untukmu aku sadar aku perlu menjaga.
Aku tahu kita sama, saling ragu, tapi untukmu aku sadar cintaku itu satu.Untukmu, tak usah meragu. Bukankah katamu mencintai itu harus saling menjaga? Maka untuk apa aku ingkari segalanya?. Kau adalah pemberhentianku yang terakhir pada kehidupan ini. Aku tak memintamu menjadi rumah, cukup saja kau luangkan waktu sebentar untuk memberiku ketenangan. Aku tak memintamu menjadi selimut, cukup saja kau senyum tulus sehingga aku bisa melihat lekuk yang lebih indah dari pelangi lengkap dengan awan-awan itu.
Aku akan lupa pada senja yang mewah. Senja yang di lengkapi dengan megah-megahnya warna, senja yang di nanti setiap orang-orang kesepian. Senja dengan burung camarnya. Senja dengan segala kebisuannya. Aku akan mudah melupakan semuanya, asal ada kau yang menggenggam jemari ini dengan tulus dan penuh kerelaan.
Ternyata mencintai itu seperti ini, kekasihku. Malu saat bersua, canggung saat bicara tapi rasa ingin berdua saja itu teramat besar.
Terimakasih pernah singgah mengukir cerita.
Terimakasih jika berkenan menetap dan meneruskan segalanya, apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu Adalah Perang
Poésie"Akan ada saatnya dimana kita bisa memilih dan sedia menerima pilihan. Sebab cita-cita cinta hanya bisa di usahakan, tanpa bisa di paksakan. Akan ada saatnya dimana aku kembali lagi bersama diriku sendiri. Sebab setelah jauh mengikuti langkahmu, aku...