Bagaimanapun, kita pernah bahagia. Bagaimanapun, kau pernah sangat butuh aku dan juga sebaliknya. Bagaimanapun, kau pernah nyaman bersandar di bahuku, menikmati purnama dimakan serigala. Setiap sisinya terkerat den perlahan. Bersamamu adalah hal yang tak terkira. Menggenggam jemarimu saja bahkan terasa lebih bisa memiliki dunia, dan aku tak lagi butuh bintang-bintang yang menderang itu. Ketika aku tatap matamu, sajak tidak lagi ada artinya, bahkan aku tidak perlu lagi mengartikan bait-bait puisi gila itu.
Sekiranya begitulah kita pernah mencinta, hingga mendamba sedamba hebatnya. Bagaimanapun kita merupakan sebuah cerita yang pernah ada. Tak bisa disembunyikan rasa dan tak bisa di lupakan waktu.
Aku sangat berterimakasih pada Tuhan, telah menciptakan kamu dan menitipkanmu padaku. Meski kita sadar, pergi dan datang ialah sebuah ketentuan yang perlu diterima dan di maklumi. Maka tidak ada cara lain untuk mengumpat dan tidak ada kesempatan lebih untuk bersedih hati.
Adannya kau waktu dulu, aku sangat bahagia. Tiadanya kau sekarang, aku tak bisa mencela dan mendendam. Sebab kau pernah ada mencipta bahagia di duniaku. Dan 'sementara' tak menjalani halangan terbesar untuk menciptakan sebait kisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu Adalah Perang
Puisi"Akan ada saatnya dimana kita bisa memilih dan sedia menerima pilihan. Sebab cita-cita cinta hanya bisa di usahakan, tanpa bisa di paksakan. Akan ada saatnya dimana aku kembali lagi bersama diriku sendiri. Sebab setelah jauh mengikuti langkahmu, aku...