Act 03 : Challange The Challanger (Part 2)

54 2 0
                                    

"N-nah, Nadia..."

"Hm?'

"S-sebenarnya aku juga tidak terlalu peduli. Tapi bisakah kau menatapku dengan mata seperti itu, kau membuatku takut."

Dhanni yang sedari tadi ditatap dengan pandangan dingin oleh Nadia akhirnya merasa tidak nyaman karena itu membuatnya memiliki rasa bersalah walaupun dirinya tidak melakukan apapun. Tentu, Nadia juga memilikai alasan tersendiri kenapa ia sampai terus menghujam Dhanni dengan pandangan dinginnya.

Diluar alasannya, sebenarnya Nadia juga merasa tidak enak memperlakukan Dhanni seperti orang yang salah karena pada dasarnya apa yang dilakukan oleh Dhanni juga bukan urusannya. Tapi tetap saja, Nadia merasa tidak enak saat ini.

"Hah...." Nadia menghela nafas. "Dhanni, benar - benar suka balapan ya, atau lebih tepatnya suka mengemudi." Ucap Nadia tiba - tiba untuk memecah kecanggungan diantara mereka.

"Tentu saja, yeah.. bagaimana ya. Dari dulu aku menganggap laki - laki yang hebat dalam mengemudi adalah yang paling keren! Oleh karena itu aku berusaha sekuat tenaga untuk menjadi pengemudi yang hebat agar aku bisa sekeran om Dian dan kak Sandy."

"Keren, kah... baiklah. Oh ya Dhanni kemarin dirimu bilang kalau mobilmu itu tidak cocok, padahal kulihat mobil ini biasa biasa saja,"

Nadia melihat ke sekeliling interior M3 CSL milik Dhanni. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya Nadia ikut di mobil Dhanni, hanya... itu terjadi di mobilnya yang lama, semenjak Dhanni membeli mobil ini Nadia belum pernah di ajak atau lebih tepatnya diperbolehkan untuk menaiki mobil ini.

"Biasa saja katamu?' Dhanni melirik Nadia dengan tatapan agak percaya, "..apa kau tidak lihat roll cage dan bagian lain dari mobil ini?"

"Lantas?" Tanya balik Nadia.

Dhanni menyerah, gadis ini benar - benar keras kepala. "Ini adalah mobil balap Nadia, jika sesuatu terjadi padamu aku tak akan bisa memaafkan diriku sendiri sampai kapanpun!"

Awalnya Dhanni mengira Nadia akan mengerti, akan tetapi selarang Nadia malah menatapnya bingung yang membuat remaja itu juga ikut bingung.

"Aku sama sekali tidak mengerti apa yang kau ucapkan. Dengar ya Dhanni Narendra, aku tidak peduli mau mobil apa ini. Yang aku ingin adalah kau memenuhi janjimu, itu saja."

Jelas Nadia seraya menjulurkan tangan kirinya untuk mencubit - cubit pipi Dhanni. Membuat pipi remaja itu bersemu merah.

"N-Nadia, aku sedang menyetir."

"A-ahh! Maaf!"

Tangan Dhanni bergerak untuk menepis cubitan Nadia. Akan tetapi saat tangannya menyingkir Nadia dapat melihat pipi Dhanni bersemu merah yang sontak membuat kedua pipinya terasa hangat dan membuang muka ke arah lain.

Tidak terasa mereka berdua kini twlah sampai di suatu daerah perumahan di bagian barat Galamadya yang dimana banyak rumah dijadikan sebagai kos - kosan atau kontrakan. Termasuk kos yang Nadia tempati yang juga terdapat di komplek ini. Sama seperti biasanya, Nadia menyuruh Dhanni untuk berhenti di depan gang tidak di depan kosnya, karena tidak terlalu peduli Dhanni juga tidak terlalu memikirkannya.

"K-kalau begitu terima kasih ya atas tumpangannya, hati - hati pulangnya jangan terlalu ngebut!" Ucap Nadia seraya turun dari M3 Dhanni.

Dhanni terkekeh, "hehe~.. sama - sama, aku tidak akan mengebut kok. Mungkin." Goda Dhanni sambil memasang ekspresi mengejek.

"Hasyah bocah ini. Sudah sana cepat pulang, aku yakin om Dian pasti sudah menunggumu." Usir Nadia.

"Kalau begitu sampai jumpa besok, bye!"

GALAMADYA : UPROAR (ON HOLD/HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang