Act 13 : Reason For Everything (Part 3)

27 0 0
                                    

Beberapa hari kemudian...

Hari berjalan seperti biasa, begitu juga dengan kehidupan Dhanni Narendra yang juga berjalan normal. Berangkat ke kampus pada pagi hari, lalu pulang sorenya untuk bekerja di bengkel. Walaupun sekarang dirinya terkenal sebagai 'Silver M3', pada kenyataannya hanya sedikit orang yang mengetahui siapa Dhanni sebenarnya.

Yah, itu juga karena Dhanni yang tidak ingin namanya menyebar terlalu luas karena dirinya tahu itu pasti akan merepotkannya di kemudian hari. Dan seperti kalian tahu, seperti biasa juga Dhanni berangkat dan pulang dari kampus dengan menaiki taksi.

Hanya akhir - akhir ini, dia lebih sering pulang naik taksi dari pada tumpangan gratisnya...

Di depan lobby utama kampus UNI, sebuah Galant 2.0 Turbo VR-4 berwarna putih yang telah beralih fungsi sebagai taksi berhenti untuk menjemput seorang penumpang. Siapa lagi kalau bukan Dhanni, dengan wajah kusut ia masuk ke dalam taksi yang tidak biasa itu.

"Ada apa dik Dhanni? Kok wajahnya kusut begitu?" Setelah beberapa menit perjalanan, si supir membuka pembicaraan.

"A-ah oh tidak apa - apa, hanya masalah kecil saja," timpal Dhanni sambil mengibas - kibaskan tangannya.

"Ayolah katakan saja, kita sudah lama tidak bertemu jadi bapak ingin sedikit ngobrol juga," bujuk pak Dedi si supir taksi, matanya melirik Dhanni dari kaca spion tengah.

"Hah~.. kalau dengan bapak sepertinya tidak apa. Sebenarnya hanya masalah yang sepele, karena teman yang biasa kumintai tumpangan untuk pulang sekarang ada urusan. Jadi sekarang untuk berangkat dan pulang aku harus naik taksi dan karena itu juga keuanganku jadi agak tersendat sekarang."

"Lah lah. Kalau itu masalahnya kenapa tidak naik mobilmu sendiri saja? Itu akan sedikit lebih hemat dari pada naik taksi.."

"Benar juga ya, kenapa tidak-.."

"..ah jangan itu ide buruk! Kalau kau tidak naik taksiku nanti aku tidak bisa memeras uang darimu! Itu ide buruk ide buruk!"

Dhanni menatap bapak - bapak itu dengan tatapan tidak percaya, 'Ahhhh~... Aku lupa kalau bapak yang satu ini punya mulut yang suka ceplas - ceplos,' batinnya.

Ia bisa saja mengatakannya secara langsung pada pak Dedi, seperti kalau dia bertemu orang dewasa lainnya. Akan tetapi karena Dhanni memiliki sedikit rasa hormat yang jarang dia berikan pada orang lain, ia memilih tak mengatakan sesuatu yang bisa menyinggunggnya.

"..entah aku mau kagum atau kesal karena mendengarnya." Gumamnya terselip keluar. Walaupun pelan, kelihatannya pak Dedi masih bisa sedikit mendengarnya.

"Adik bilang apa? Bapak tidak dengar.." ucap pak Dedi meminta repetisi dari Dhanni.

Panik, Dhanni langsung menggeleng - gelengkan kepalanya. "B-bukan apa - apak, hanya bergumam saja!" Kata Dhanni.

Si supir hanya terkekeh sambil menggelengkan kepalanya pelan. Sudah 10 menit semenjak taksi ini berjalan dan pak Dedi belum menanyakan kemana Dhanni ingin pergi. Meskipun biasanya langsung ke Fortuna SpeesShop, siapa tahu kali ini remaja itu ingin pergi ke tempat lain.

"Dik Dhanni, ini kalau boleh tahu tujuannya kemana, ya?"

"Oh, itu... Aku mau ke JK Motorsport pak."

"Tidak langsung ke Fortuna? JK itu agak jauh lo. Nanti argonya jadi sedikit lebih mahal."

"Tidak apa - apa, ada sesuatu yang harus ku lakukan di sana."

Dedi segera paham yang dia maksud. 'Ah pasti soal kasus internet itu.' pikirnya sekejap setelah mendengar alasan Dhanni. Yah, karena supir taksi pada dasarna memang supir, tanpa babibu ia langsung tancap gas ke tempat yang penumpangnya ingin tuju.

GALAMADYA : UPROAR (ON HOLD/HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang