Mangut, siapa yang tak mengenal makanan ini. Tak dapat dipungkiri bahwa semua orang di seluruh pulau Jawa tahu apa itu mangut.
Masakan yang dibuat dengan cara mengasapi ikan ini adalah makanan yang cukup populer di pulau Jawa. Itu karena mangut bisa menggunakan berbagai jenis ikan mulai dari ikan lele hingga ke ikan pari.
Tapi sekarang kitak tidak akan membahas hal itu. Yang akan kita bahas adalah reaksi Dhanni setelah mengetahui tempat yang ingin Nadia datangi adalah sebuah restoran yang terkenal dengan spesialisasi masakan mangut ikan parinya.
"N-Nadia, kenapa kau ingin datang ke tempat seperti ini?!" Secara reflek Dhanni menutup kedua lubang hidungnya.
"Oh maaf terlambat memberi tahumu. Aku kesini karena ada suatu urusan-... Dhanni?!" Nadia menghentikan penjelasannya karena melihat remaja itu kini mulai sempoyongan. "..kau tidak apa - apa? Maaf aku tahu kau ini tidak suka ikan, seharusnya aku tidak menyuruhmu mengantarku kemari."
"E-ehehee~.. t-tidak apa. Ini bukan masalah lagipula aku sudah berjanji untuk mengantarmu bukan?"
Timpal Dhanni sembari tersenyum mencoba menutupi ekspresi mualnya.
Sebenarnya sudah bukan rahasia umum lagi. Kalau Dhanni Narendra sangat tidak suka dengan masakan laut atau menurut pernyataannya : "Aku tidak suka dengan semua bahan makanan dari hewan yang berenang!!" Yang ia utarakan pada saat dirinya masih kelas 2 SD.
Memang terdengar konyol. Akan tetapi, setelah ia mendeklarasikan hal itu. Dhanni benar - benar tidak memakan berbagai makanan yang berhubungan dengan air. Mau itu air tawar atau air asin.
Dhanni menepuk pundak Nadia, "Sudah, lebih baik segera selesaikan urusanmu agar kita bisa cepat pergi dari sini."
"B-baiklah kalau begitu kau tunggu saja di mobil. Aku akan masuk sebentar untuk berbicara dengan temanku."
Saran Nadia yang melihat Dhanni yang nampaknya benar - benar tidak tahan dengan bau masakan yang dihasilkan rumah makan ini.
"Eh kak Nadia sudah sampai, ayo masuk!" Teriak seorang gadis dari pintu masuk restoran pada Nadia.
"Nah itu dia orangnya muncul. Aku kesana dulu ya, kau diam saja di mobil aku tidak ingin kau muntah - muntah di sini!"
"Baik baik, tapi Nadia juga cepatlah aku tidak ingin berlama - lama di tempat ini."
Setelah Nadia memberikan pandangan yang memberikan makna "Oke aku mengerti", Dhanni segera kembali masuk ke dalam mobilnya untuk menyingkir sedikit lebih jauh.
Nadia berjalan menghampiri gadis itu, Erika, dan bersalaman dengannya, "Hai Erika, bagaimana kabarmu?"
"Baik, ayo masuk kita bicara di dalam saja kak!" Ajak Erika sembari menggandeng lengan Nadia.
Setelah melewati pintu masuk restoran. Mata Nadia langsung terpana, tidak hanya dengan masakan yang menggoda selera melainkan juga pemandangan yang disuguhkan dari tempat ini.
"Benar - benar indah~..."
Gumam Nadia tanpa sadar. Pemandangan yang ia lihat saat ini adalah pemandangan dari kota Galamadya yang bisa dibilang hampir bisa dilihat selurunya dari sini. Ketika ia melirik sekitar, dia juga mendapati semua tempat yang berada di balkon atau dekat dekat dengan jendela terlihat selalu penuh.
Erika tersenyum bangga kemudian memegang kedua pundak Nadia, "Bagaimana, kak? Hebat bukan? Ayo!.. lebih baik kita bicara di beranda saja."
"B-beranda?"
"Iya! Pemandangan dari sana lebih bagus dari pada dari balkon untuk pengunjung."
Erika kembali membawa Nadia ke tempat yang bernama beranda tadi. Yang ternyata adalah sebuah platform berbentuk sama seperti balkon dengan luas 7x5 meter yang dipagari dengan tembok kaca setinggi 1 1/2 meter dan memiliki beberapa kursi untuk istirahat para pegawai restoran ini.
Mata Nadia pun kembali terbelalak disini melihat pemandangan indah dari tempat ini.
"Ahaha~... Ekspresi kakak sekarang sama seperti ekspresi kak Sandra saat pertama kali ku ajak kemari," celetuk Erika sambil terkekeh.
"Apa maksudnya itu? Tapi pemandangan ini memang benar - benar indah.." timpal Nadia, "..lalu, sebenarnya apa alasanmu menyuruhku dan Sandra datang kemari? Pasti bukan cuma untuk menunjukan hal ini, bukan?"
"T-tentu saja tidak! Seperti yang kubilang kemarin. Aku meminta kalian datang kemari karena aku butuh bantuan kalian!" Terang Erika.
"Bantuan? Bantuan untuk apa?" Nadia menaikkan sebelah alisnya, penasaran.
"Etoo.. aku ingin kak Nadia dan kak Sandra untuk menjadi pelayan di restoran ini."
"Oh pelayan ku kira ap-... Hah?!?!!!!!!"
Erika menaikan sebelah alisnya. "Kenapa kak Nadia terkejut? Bukankah kemarin kak Nadia sudah setuju untuk membantu?"
"Benarkah?" Ingatan saat mereka mengobrol di kafe pun muncul. "O-oh iya maaf - maaf aku lupa! Hehe.."
"Wah kakak ini bagaimana masih muda kok pelupa. Jadi bagaimana kalau kita bahas soal pekerjaannya sekarang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
GALAMADYA : UPROAR (ON HOLD/HIATUS)
Teen FictionBerlatar sebuah kota bernama Galamadya di Indonesia yang menjadi pusat 'Motor Sport' Asia Tenggara setelah mengalami revolusi industri. dua orang saudara asal Semarang, Dhanni Narendra dan kakaknya Sandy Wardhana, datang dengan tujuan berdiri di pu...