Act 14 : Taking A Shortcut (Part 3)

26 1 2
                                    

14 Februari... Fortuna SpeedShop...

Mari kita mulai penggambaran suasana di bengkel ini dengan... Bermuram durja. Kenapa begitu? Karena di hari sakral ini biasanya ada hal yang paling ditunggu oleh para lelaki yaitu...

Yap! Mendapat coklat dari gadis yang mereka sukai.

Tapi... Tidak bagi kedua bujang lapuk ini. Dikarenakan mereka berdua menyandang status single maka sudah pasti hari ini menjadi siksaan terberat bagi mereka.

"SIALAN!!! Kenapa aku harus melalui hari sialan ini tiap tahun!" Teriak Tris Frustasi.

"Sudahlah kau diam saja, tingkahmu itu hanya akan membuatmu terlihat semakin memalukan," sahut Rudi yang kini tengah meratapi nasib bersamanya.

"Y-ya bagaimana... Kita ini hampir tiga puluh tahun dan belum pernah dapat coklat seperti anak - anak itu!"

Tris menunjuk acara televisi yang kini tengah menayangkan sinetron roman. Rudi menghela napas panjang sambil menepuk - nepuk pundak Tris pelan.

"Karena itulah! Sebenarnya sudah tidak level lagi kalau cuma coklat! Harusnya kita dapat masakan buatan tangan full! Itu kalau sudah punya pasangan tapi.."

Awalnya Rudi memang nampak bersemangat, namun akhirnya pundung juga. Dian yang tengah lewat dan mendapati 2 karyawannya itu terlihat putus asa pun mengalihkan langkah kakinya ke arah mereka.

Memang sekarang waktunya istirahat. Tetapi bukan berarti mereka bisa menghabiskannya dengan merenungi hal konyol seperti ini.

Karena menurutnya itu adalah masalah yang terlalu sepele dan mungkin kau akan ditertawai jika membicarakannya dengan orang lain.

"Hey sudahlah kalian berdua hentikan. Jangan terlihat seperti bocah kenapa?"

"Heh! Kau tidak tahu apa yang jiwaku ini tengah rasakan! Raungan jiwa - jiwa yang tidak memiliki pasangan huhu~.."

"Dian kau sudah beristri jadi kau bisa komentar seperti itu. Aku yakin pasti istrimu memasak makanan kesukaanmu hari ini! Ya kan? Ya kan?!"

Dian menggaruk pipinya. "Itu sama sekali tidak-..." Dia ingin menepis tebakan Rudi, akan tetapi dia teringat kalau pagi ini tiba - tiba tersaji makanan kesukaannya di meja makan. "..-Ah kalian sudah mengecek mobil - mobil itu? Mereka harus jadi sore ini lho."

"Wa!! Kau mengalihkan pembicaraan! Aku benar - benar tidak percaya!" Tris menunjuk Dian sambil mengacak - acak rambutnya sendiri.

Sementara rekannya hanya menghela napas sambil memasang tampang super pasrah. "Sabar kawan, mungkin sudah nasib kita seperti. Mari kita lalui saja berdua."

"Hih! Dasar gay!"

"Bukan, anjing!"

Dan begitulah. Beberapa waktu kemudian, 2 anggota lain dari Fortuna SpeedShop pun tiba. Yang pertama tiba adalah Sandy, dan tidak lama kemudian Dhanni datang ke bengkel.

Mata Rudi dan Tris langsung mengamati mereka berdua dengan seksama. Mencoba mencari benda terlarang yang mungkin keduanya bawa atau mungkin dapat.

"Apa? Kak Tris tak perlu melihatku sampai seperti ini," ucap Dhanni yang merasa risih. Ia meletakan tasnya di kursi dan kemudian ikut merebahkan dirinya di kursi yang sama.

"..Buset panas sekali tadi. Sepertinya efek emisi yang dihasilkan kota ini sudah berpengaruh ke Global Warming."

Ucapan remaja itu sepertinya bukan kebohongan. Terbukti dari keringat remaja itu yang mengucur deras, membuatnya seperti mandi keringat. Sandy tak begitu terluhat kegerahan karena ia bilang dirinya tidak berada di luar ruangan seharian ini.

GALAMADYA : UPROAR (ON HOLD/HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang