Beberapa jam telah berlalu sejak perkelahian Bobi dan Dhanni, dan sudah beberapa menit berlalu sejak bel tanda akhir semua kegiatan di kampus berakhir. Mahasiswa dan Mahasiswi UNI langsung berhamburan pergi ke tempat parkir dimana mereka memarkir kendaraan mereka lalu kejadian yang pasti terjadi saat jam pulang kuliah pun dimulai. Macet.
Hampir ratusan kendaraan berbaris di depan pintu keluar tempat parkir UNI, termasuk sebuah Lexus Altezza SportCross '02 berwarna merah marun yang juga ikut terjebak di ditengah kerumunan itu. Akan tetapi setelah penantian yang panjang dan melelahkan, akhirnya mobil itu lolos dari kemacetan dan membuat kedua orang yang mengendarainya menghela nafas lega.
"Kau ini, bisa tidak jangan membuat masalah untuk satu hariiii.... saja! Bisa tidak?" Keluh Nadia sekaligus membuka percakapan diantara mereka berdua dengan wajah kesal.
"Aku tau Bobi itu memang menyebalkan, tapi bisakah kau menahan diri? Lihatlah wajahmu sekarang. Babak belur seperti bocah SD."
Lanjut Nadia yang ternyata membahas masalah yang baru dialami remaja yang sekarang tengah duduk di kursi pengemudi.
Dhanni menghela nafas panjang, "Bisakah kau tenang? Kau mulai terdengar seperti ibuku," balas Dhanni santai seperti tidak terlalu memikirkan masalah itu. Memang, sebenarnya itu bukanlah masalah yang besar bagi Dhanni dan Bobi ditambah kampus tentu saja tak mau repot - repot ikut campur dalam masalah konyol seperti itu.
Di tengah mengemudi sesekali Dhanni juga melirik ke arah Nadia yang terlihat tak peduli dan membuang muka. Namun tanpa sengaja Dhanni melihat pantulan wajah Nadia di kaca yang ternyata terus mengamati dirinya dengan tatapan cemas.
"A-Anoo.. maaf ya, sudah membuatmu khawatir."
"H-He!? T-tidak perlu minta maaf segala, itu kan juga bukan sepenuhnya salahmu."
Respon Nadia spontan sambil mengibas - kibaskan kedua tangannya.
"Oh o-ok, baiklah," Suasana canggung kembali menyelimuti Dhanni dan Nadia yang membuat mereka berdua saling membuang muka.
Tepat disaat mereka berdua terdiam, mereka telah sampai di Jalan Lingkar Kilometer-45 atau jembatan fly-over yang selalu Dhanni lewati. Dan karena sekarang sudah hampir waktunya matahari terbenam membuat pemandangan dari spot ini menjadi jauh lebih baik. Dhanni baru saja ingin membuka mulutnya, akan tetapi...
Sebuah FTO berwarna silver metalik menyalip Altezza yang Dhanni dan Nadia kendarai. Bukan cuma itu, setelah menyalip, FTO itu juga memotong jalur Dhanni dan mengerem mendadak. Sontak Dhanni lansung menginjak pedal rem, beruntung mobil dapat berhenti tanpa menabrak karena saat itu mereka sedang berjalan dengan kecepatan sedang cenderung pelan. Beruntun jalanan kini sangat sepi sehingga tak ada kemungkinan terjadi kecelakaan beruntun.
Dengan kesal Dhanni menekan klakson berulang kali, "Hoi!!!! Apa yang kau lakukan?! Apa kau tidak bisa mengemudi, hah?!!!" Umpat Dhanni dari dalam mobil.
"Sudah - sudah biarkan saja, ayo kita pergi. Percuma berurusan dengan orang gila seperti itu," Sahut Nadia sembari menepuk pelan bahu Dhanni untuk menenangkannya.
"Cih, itulah akibatnya jika banyak orang yang menyogok untuk memiliki sim!"
Menuruti perkataan Nadia, Dhanni memutar kemudinya untuk menghindari mobil yang kini berhenti di depannya dan mulai menginjak gas dengan perlahan. FTO silver tadi juga bergerak untuk menutup jalur Dhanni, itupun bukan cuma sekali tapi berkali - kali dan menekan kesabaran Dhanni sampai kebatasnya.
Tanpa berkata apapun ia keluar dari mobil dan berjalan menuju ke Mitsubishi silver itu. Nadia mencoba memanggil Dhanni namun percuma karena remaja remaja itu tidak atau lebih tepatnya sedang tidak ingin mendengar perkataan Nadia saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALAMADYA : UPROAR (ON HOLD/HIATUS)
Teen FictionBerlatar sebuah kota bernama Galamadya di Indonesia yang menjadi pusat 'Motor Sport' Asia Tenggara setelah mengalami revolusi industri. dua orang saudara asal Semarang, Dhanni Narendra dan kakaknya Sandy Wardhana, datang dengan tujuan berdiri di pu...