Act 13 : Reason For Everything (Part 1)

25 0 0
                                    

Setelah melewati garis finish seperti biasa para penonton langsung bersorak. Tapi mereka tidak bisa mengerubungi mobil sang juara, itu karena M3 itu langsung melenggang pergi dengan diikuti Commodore di belakangnya.

Di sebuah lampu lalu lintas di bawah Sigar Bencah Pass...

"Hey, bisakah kau ikut denganku sebentar," panggil si pengemudi Commodore, Satria, dari dalam mobilnya.

"Kemana? Aku sedang tidak berniat untuk berbicara apalagi ikut denganmu," balas Dhanni ketus.

"Aku mohon," kali ini Satria menatapnya dengan serius bukan meremehkan seperti biasanya. "..ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu."

Dhanni membuang ludahnya. "Heh~.. baiklah - baiklah. Ayo pergi."

Mereka berdua akhirnya sampai di tempat parkir dari sebuah minimarket. Setelah keluar dari mobil Dhanni duduk di kap dan menyilangkan kedua tangannya di dada sementara Satria duduk di kap mobilnya tanpa berkata apa - apa.

"Hei, apa yang sebenarnya ingin kau katakan cepatlah agar aku bisa pulang."

"Cara mengemudimu tadi.. bagaimana kau melakukannya?!! M-maksudku kenapa kau sebegitu bodohnya mau melakukan hal yang berbahaya untuk hal tidak berguna seperti balapan?!"

"Oh cuma itu..."

'Orang ini... Aku paham sekarang. Dia sedang shock karena baru saja dikalahakan di kandangnya sendiri. Perasaannya boleh mati, tapi akal dan mental si brengsek ini pasti tetap terguncang.'

Dalam sekejap Dhanni langsung mengetahui maksud dari percakapan ini. Itu karena Dhanni juga pernah mengalaminya. Ada masa dimana Dhanni tidak terkalahkan di Semarang, tapi kemudian semua itu runtuhb ketika Sandy dan beberapa orang yang lebih hebat datang dan mengalahkannya.

Yah, bosa dibilang Dhanni sedikit banyak mengerti apa yang tengah dirasakan Satria saat ini.

"..jawabannya mudah saja, karena aku ada mimpi yang harus kucapai mau bagaimanapun juga," timpal Dhanni tanpa ada keraguan di tiap katanya.

Satria mengerinyit. "Mimpi katamu? Orang yang hanya bermodalkan mimpi tak akan bertindak sejauh itu! Bocah sepertimu.. kau pasto sudah gila atau semacamnya!" Bentak Satria, wajah datarnya kini mulai terisi dengan emosi.

"Hahaha!~.. orang sepertimu tidak akan mengerti maksudku. Sama seperti ku yang tidak akan pernah mengerti dengan maksud dibalik sikap menyebalkan mu itu.

"Cih, menyebalkan. Kau bilang seperti itu, tapi aku masih belum puas dengan jawaban yang kau-.."

Dhanni memotong ucapan Satria. "Nah, Satria. Sebenarnya apa alasan yang membuatmu mau mengemudi?" Dengan sebuah pertanyaan yang langsumg menohok Satria.

Satria terdiam, bibirnya terbuka, namun tidak ada sepatah katapun yang keluar dari sana. Dalam kepalanya kini berputar kembali ingatan di masa - masa kelamnya dulu, disaat ia kehilangan kedua orang tuanya dan harus menghadapi kerasnya kehidupan hanya berdua dengan adiknya.

Hingga akhirnya mereka bertemu dengan Eko dan menjadi terikat dengan ini semua. Dan satu ingatan kecil lagi.. saat Satria bertemu sebuah mobil di Sigar Bencah yang mungkin tanpa ia sadari telah merubah hidupnya.

'A-alasan yang membuatku ingin mengemudi? Tentu saja itu karena aku harus bekerja-..'

"Kalau kau bilang untuk bekerja, aku rasa itu tidak mungkin. Pekerjaan memang membuatmu terus mengemudi, akan tetapi harus ada dorongan yang membuat bahkan orang brengsek seperti mu bisa mengemudi seperti tadi!"

Satria tertegun, namun masih ada sedikit rasa penolakan dari dalam dirinya. "Dasar keras kepala, berapa kali sudah kubilang itu karena-.."

"KAU YANG KERAS KEPALA BANGSAT! aku memang benci mengakuinya, tapi dengan teknik late braking mu itu... kau bisa dengan mudah mengalahkan ku di luar sana!" Dhanni memotong bantahan Satria dengan keras.

Kepala Satria yang awalnya mampet menerima semua ini kemudian menjadi sedikit terbuka. Gambaran akan adiknya, Eko, dan kemudian sebuah mobil yang ia temui di jalur ini membuatnya teringat. Teringat akan...

"..alasan untuk mengemudi, kah? Yah~.. mau dibantah bagaimanapun sepertinya aku memang memilikinya. Tapi bisakah aku bertanya satu hal?" Satria mengadahkan kepalanya untuk melihat langit.

"Hm?" Dhanni menghela napas dalam, mencoba menurunkan emosinya yang tadi sempat naik. "Hufft~.. Apa?"

"Darimana kau tahu kalau aku dan Erika adalah yatim piatu?"

"Darimana? Ya tentu saja dari adikmu itu. Setelah perbuatan sialanmu tempo hari adikmu bercerita banyak pada temanku yang akhirnya temanku ceritakan padaku hingga bisa kugunakan untuk membalasmu."

Satria menepuk jidatnya sendiri. 'Benar juga, kalau tidak salah kan gadis yang menemani bocah ini terlihat cukup akrab dengan Erika. Sial! Kenapa aku tidak bisa menduganya lebih awal?' rutuk pemuda itu dalam hati.

Alasab kenapa Satria tidak ingin orang lain selain terdekatnya mengetahui kalau dirinya yatim piatu adalah agar orang - orang tidak merasa kasihan padanya. Itu karena dirnya merasa jijik berada dalam rasa kasihan orang lain.

Berbeda dengan kasus Eko terhadapnya karena pria tersebut memberinya pekerjaan karena Satria memang memiliki kapasitas untuk melakukannya, begitu juga dengan Erika. Tapi itu juga masih belum cukup bagi Satria.

Satria juga bilang, jika dirinya berhasil memasukan dirinya dalam semua keramaian ini. Dengan tujuan jika dirinya berhasil masuk ke Summit Festa bersama dengan SSC, maka Eko menjanjikan Satria akan bisa keluar dari semua ini dengan cukup mapan.

"..benarkah itu? Aku tidak tahu kalau si kacamata itu adalah orang yang sangat kaya," ungkap Dhanni setengah tidak percaya.

"Kau saja yang tidak tahu, hanya dari pemasukan warung mangutnya saja itu sudah cukup untuk membiayai seluruh operasi SSC," jawab Satria.

'Benar juga, bisa membeli 400R pasti juga membutuhkan dana yang besar. Enak ya pasti, memiliki dana yang hampir tidak terbatas,' batin Dhanni.

Setelah mendapatkan jawaban yang ingin kedua manusia ini dapat. Tidaka ada lagi alasan untuk tetap berada disini, toh jika ada orang yang melihat ada 2 orang laki - laki bicara dengan posisi saling berdekatan seperti ini pasti akan menyebabkan salah paham. Apalagi di Indonesia sekarang sedang marak berita tentang penyimpangan seksual.

Satria membuka pintu Commodore SS miliknya. "Hey bocah bangsat, asal kau tahu saja. Cara mengemudimu itu sangat mirip dengan orang yang pernah kutemui beberapa tahun lalu," tukas Satria terakhir sebelum masuk ke dalam mobilnya.

"Apa - apaan itu?" Dhanni tak paham apa yang dimaksudkan oleh Satria. "Pokoknya hari ini aku yang menang, jadi jangan cari masalah denganku lagi kau paham!" Seru Dhanni dengan cukup keras.

"Sampai jumpa bocah bangsat," salam Satria, sambil mengacungkan jari tengahnya ke arah Dhanni.

"D-d-dasarrr.. DASAR KAU BAJINGAN KAMPRET SIALAN TENGIK! Aku harap kau bekerja mengantar ikan selamanya!" Dengan segala amarah yang langsung menembus ubun - ubunnya Dhanni melemparkan sumpah serapahnya pada Satria. Yang pastinya tak digubris oleh pemuda itu.

Tapi setelah Commodore SS berwarna ungu mika itu pergi, Dhanni belum beranjak dari tempatnya dan hanya mengamati sampai mobil itu menghilang dari pandangannya.

"Benar - benar orang yang menakutkan, kalau saja aku tidak punya tim FRD mungkin aku tidak akan pernah bisa mengalahkannya. Hahh~... Kau mendapat rasa hormatku Satria. Kalau bisa.. aku tidak ingin melawanmu lagi."

Gumam Dhanni dengan teramat pelan, yang mungkin merupakan sanjungan terbesar yang pernah ia berikan pada lawannya.

GALAMADYA : UPROAR (ON HOLD/HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang