"T-tidak bisa dipercaya, pak Slamet menyerah! GT-R silver dari FRD adalah pemenangnya!!!" Seru salah seorang anggota Hothatch Legion mengumumkan pemenang balapan ini.Seluruh anggota Hothatch Legion tentu saja terkejut setengah mati, karena baru kali ini mereka melihat pemimpin mereka menyerah dalam balapan Uphill seperti ini. Begitu juha dengan Hana, mungkin bisa dibilang dialah yang paling terkekut, melihat orang yang ia anggap sebagai mentor itu dikalahkan oleh seseorang.
"T-ti-t-tidak mungkin!? Bagaimana.. kenapa bisa pak Slamet kalah?! Apa yang terjadi?!" Tukas Hana dengan tubuh bergetar.
"Apa yang terjadi kau bilang? Jawabannya mudah, kakakku yang memenangkan balapan ini," sahut Dhanni yang kini berdiri di belakangnya.
Hala melirik Dhanni dari balik bahunya, mencoba melihat bagaimana ekspresi remaja itu saat ini. Ia kira tatapan remaja itu akan dipenuhi kesombongan karena rekan satu timnya telah memenangkan balapan pertama melawan timnya. Akan tetapi, yang ia lihat malah ekspresi resah? Yang tentu membuat gadis ini menaikkan sebalah alisnya kebingungan.
Dia membalikkan badannya untuk melihatnya lebih jelas. Namun saat Hana sepenuhnya berbalik malah ganti Dhanni yang memungginya sambil melangkah pelan menuju mobilnya tanpa mengatakan sepatah kata pun.
'K-kenapa dia itu? Padahal kakaknya baru saja memenangkan balapan, tapi kenapa ekspresinya malah terlihat resah begitu? Apa yang membuatnya tertekan?'
Dhanni menghentikan langkahnya, "Ayo, sekarang giliran kita untuk balapan. Tunjukan padaku kalau perempuan itu juga bisa mengemudi," sambil membuka pintu mobilnya Dhanni mengatakan itu sebelum akhirnya masuk kedalam mobilnya.
"Yeah, perduli setan apa yang dirasakan orang itu.." Hanya menyunggingkan senyum kecil di sudut bibirnya, "..kalau kau yang memintannya akan kutunjukan apa yang Hana Juliasari bisa lakukan dibalik kemudi!"
Saat Sandy dan Slamet sudah sampai di garis finish. Kedua pengemudi yang akan balapan selanjutnya mulai memilih posisi start mereka. Dan karena Dhanni hanya berkata "Terserah saja, gadis itu bisa memilih duluan,". Posisi mereka sekarang adalah Dhanni berada di depan sementara Hana memilih untuk mengejar di belakang.
Setelah sepakat mereka berdua segera memposisikan kedua mobil itu ke garis start. Dhanni dan Hana menginjak pedal gas mereka, raungan dari mesin M3 CSL dan Civic EG itu segera menggema ke seluruh bagian gunung menandakan balapan Downhill malam ini akan segera dimulai. Sesaat setelah Civic putih itu mengeluarkan raungan mesinnya, secara reflek Dian yang sedang bicara dengan Dhanni dan Sandy yang baru saja turun dari mobil memalingkan perhatian mereka ke arah Civic Hana.
Suara mesin ber rpm tinggi yang hanya bisa dihasilkan oleh mesin mobil balap meraung keluar dari dalam Civic itu yang mungkin cukup untuk membuat nyali orang - orang yang mendengarnya ciut.
'Itu bukan suara dari B16A, meski sekilas mirip tapi tetap saja berbeda, apa yang sebenarnya ada dibawah kap Civic itu?' tapi kalau dipikir - pikir sepertinya aku pernah melihat mobil itu entah dimana...'
"Kau juga merasakannya ya, om Dian? Civic EG itu sepertinya luar biasa. Aku bisa tahu hanya dengan melihatnya."
"Yeah, kau benar, bunyi itu tidak seperti yang dihasilkan mesin B16A, dan meskipun kau menyetel mobil itu untuk performa tinggi tetap saja aku masih bisa membedakannya. O-oi Dhanni?! Kau tidak apa?"
"A-aku tidak apa, hanya merasa sedikit kesemutan. Bukan malasah besar."
Dian melihat tangan kiri Dhanni yang sedari tadi terlihat tidak 'nyaman' dalam memegang kemudi, dan dirinya juga melihat bulir - bulir keringat dingin mulai mengalir di pelipis keponakannya itu. Melihat hal ini tentu saja ia merasa janggal, pasalnya Dhanni bukanlah seorang yang amatir dalam hal seperti ini dan itu terbukti saat ia berhasil mengalahkan Joko dari Brandals Motor.
Lalu kemudian ia sadar, bahwa keponakannya ini resah disebabkan karena hal yang lain. "Hey, ada apa? Coba tenangkan dirimu dan bicaralah," sambil meletakan tangannya di pundak Dhanni dirinya bertanya.
Dhanni menghela nafas panjang, "Hahhh~...maaf om Dian, aku menjadi sedikit agak gugup. Mungkin ini pertama kalinya aku balapan dengan membawa nama tim. A-aku hanya belum terbiasa. Tapi tenang saja, aku pasti akan memenangkan balapan ini!" Jawab Dhanni sambil mencoba menyunggingkan senyuman yang seolah berkata 'Aku baik - baik saja'.
"Hm, kalau begitu-."
"Hey dik!!! Bagaimana apa kau sudah siap? Lawanmu sepertinya cukup tangguh, ya? Meskipun seorang gadis tetapi aura mengemudinya kuat sekali," sela Sandy, memotong perkataan pamannya itu.
"Begitulah dan seperti kata kak Sandy, memang ada yang tidak beres dengan Civic itu." Timpal Dhanni.
"Mau apapun itu, aku hanya punya satu saran, jangan terlalu terpaku pada mobil itu. Fokus saja dalam mengemudi dan kau akan memenangkan balapan ini dengan mata tertutup!"
Dhanni tersenyum, "Terima kasih atas dukungan moralnya, kak! Lalu untuk om Dian, apa yang ingin kau katakan tadi?" Pemuda itu kembali mengarahkan pandangannya pada Dian.
"Berhentilah menyela kalau ada orang tua sedang bicara!" Dian melayangkan satu pukulan kecil ke ubun - ubun Sandy.
"..Hm, kakak kurang ajarmu itu sudah mengatakan apa yang ingin kukatakan. Dan itu benar, aku tidak ingin kau memperdulikan Civic itu dan teruslah lihat kedepan, kalau bisa jangan melihat ke arah spion tengah. Paham? Aku ulangi, balapanlah demi dirimu sendiri dan bukan untuk FRD."
Jelas Dian yang kemudian ditanggapi sebuah anggukan tanda mengerti oleb Dhanni. Sementara itu disisi tim Hothatch Legion, sebagai ketua tim, saat ini Slamet sedang memberikan pengarahan singkat kepada Hana.
"Bagaimana keadaanmu? Apa kau siap?" Tanya Slamet.
"Sangat baik dan sangat siap, sama seperti biasa," Balas Han dengan penuh semangat.
"Oke baguslah kalau begitu, Um.. begini Hana, bukannya aku meremehkanmu. Tapi aku ingin lebih berhati - hati saat melawan pemuda itu," Tambah Slamet, sambil melirik mobil di depan mobil Hana.
"Tenang saja, aku tidak akan terkena trik dari orang - orang itu! Oke? Demi nama baik Hothatch Legion aku tidak akan kalah!" Jawab Hana lagi, kali ini sambil menyunggingkan senyum lebar di bibir tipisnya untuk menenangkan Slamet.
Slamet membalas senyuman gadis yang sudah ia anggap sepeti anaknya sendiri itu, lalu mengusap kepalanya pelan. "Pak Slamet mengerti, jangan lupa hati - hati. Keselamatanmu jauh lebih berharga daripada balapan ini," ujarnya untuk mengakhiri pembicaraan diantara mereka berdua. Lalu berjalan menjauh dari mobil Hana.
¤¤¤¤ ¤¤¤¤
"Hoy lihat itu! Balapan diantara M3 silver itu dan Setan Putih akan segera dimulai!"
"Mana?! Wah benar! Aku dengar itu adalah M3 yang sama dengan yang mengalahkan 3000GT di Ring kemarin!"
"Dia masih sangat muda, apa benar apa dia yang mengalahkan Joko? Tapi mau bagaimanapun kali ini dia harus melawan 'Setan Putih' Rawa Pening Pass! Dia tidak mungkin bisa menang."
"Yah, bagaimana ya? Kita lihat saja nanti..."
Bisik para penonton yang sekarang berada di sekitar garis start membicarakan M3 CSL silver yang sempat menggemparkan warga GM pada malam tahun baru kemarin. Yeah, walau Dhanni tak ingin identitasnya menyebar namun mau tidak mau jika ia ikut terjun ke jalanan maka pada akhirnya nama Dhanni Narendra akan menyebar keseluruh Galamadya.
Dan sekarang, Dian dan Slamet sudah menyingkir dari mobil Dhanni dan Hana. Sandy lalu ganti berjalan di depan kedua mobil itu lalu mengangkat tangan kanannya dengan 4 jari tertunjuk. Melihat Dhanni mengangguk pelan dari dalam mobilnya, ia tersenyum, lalu memulai menghitung mundur. "Pengemudi bersiap..."
"..Hitung mundur dimulai!!!... Empat!... Tiga!... Dua!... Satu!... GOOO!!!...."
Ia mengayunkan tangannya ke bawah, bunyi decitan ban diiringi dua mobil berperforma tinggi yang melesat meninggalkan garis start menandakan balapan kedua FRD melawan Hothatch Legion sudah dimulai!.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALAMADYA : UPROAR (ON HOLD/HIATUS)
Ficção AdolescenteBerlatar sebuah kota bernama Galamadya di Indonesia yang menjadi pusat 'Motor Sport' Asia Tenggara setelah mengalami revolusi industri. dua orang saudara asal Semarang, Dhanni Narendra dan kakaknya Sandy Wardhana, datang dengan tujuan berdiri di pu...