Act 11 : Battle Of Godzillas (Part 4)

25 0 0
                                    

"Dia menghilang!?" Jantung Eko mulai berdegup lebih kencang dari sebelumnya, keringat dingin pun mulai mengalir di pelipisnya.

Namun kemudian... Ia menyeringai.

"..jangan kira kau bisa menyalipku dengan trik murahan itu!"

Sandy mulai menyerang, dari jalur luar ia mulai mempercepat laju mobilnya dengan harapan bisa menyalip 400R. Akan tetapi, tiba - tiba R33 berwarna kuning itu langsung membanting arahnya ke arah kanan yang tentu membuat Sandy terkejut.

Reflek kakinya menginjak rem untuk menghidari tumbukan yang mungkin terjadi. Ia mendecih, tapi kemudian ia menyerah dan menyalajan lagi lampu mobilnya. "Bangsat, apa dia masih bisa melihatku?!" Ungkapnya mulai merasa tidak tenang.

Sementara itu. "Ouucchh hampir saja! Yeehaaa tapi berhasil. Sudah kuduga saat kau mematikan lampu kau pasti akan mengambil jalur yang kosong untuk segera menyalip! Sayang sekali bukan!" Seru Eko dengan ekspresi penuh percsya diri.

Sandy mendecih, kedua tangannya mencengkram setir dengan kuat. 'Ini tidak benar! Kenapa aku merasa tertekan begini, pasti ada yang salah denganku!' batinnya kesal.

Di bagian ini tidak ada lagi main - main. Karena disini letak bahaya yang sebenarnya dimulai. Berpacu dengan kecepatan lebih 200KM/h kedua manusia itu tanpa ada rasa takut terus memacu mobil mereka.

Hingga akhirnya mereka sampai di salah satu seksi paling ikonik di Sigar Bencah Pass, yaitu seksi Kelok 9. Apa yang membuatnya ikonik? Itu karena jalur ini adalah sebuah jembatang layang sepanjang 2,7 kilometer yang menghubungkan sebuah celah bukit di Sigar Bencah.

Dan sebagai informasi tambahan, konstruksi Kelok 9 disini mengambil bentuk nyata dari Kelok 9 asli yang berada di Sumatera Barat. Ya, itu benar selain mengambil contoh jalanan dari luar negeri Galamadya juga mengambil contoh dari dalam negeri.

R33 dan R34 itu pun memasuki jembatan layang tersebut. Dengan kecepatan 100KM/h mereka mendekati tikungan di jembatan itu, lampu rem menyala dan kecepatan keduanya langsun turun menjadi 50KM/h.

"Hm, boleh juga masih bisa mengikutiku sampai disini."

"Oi oi apa menurutmu aku akan melepaskanmu semudah itu!"

Di tikungan berbentuk huruf 'S' ini Eko dan Sandy bisa menanganinya tanpa masalah. Dan kemudian mereka berlanjut ke tikungan selanjutnya, yaitu sebuah tikungan setelag lingkaran ke kanan yang akan membawa mereka benar - benar melewati Kelok 9.

Sandy menyeringai. "Saat melihat caramu mengemudi di bagian ini," sambil berkata demikian dirinya semakin gencar menyerang Eko.

Ia mengemudikan mobilnya ke kiri dan kanan tidak beraturan untuk menggertak pria berkaca mata itu sambil tak lupa terus memperpendek jaraknya.

Dari gigi 3 naik ke gigi 4 Eko dan Sandy melibas belokan itu dengan mudahnya. Belokan selanjutnya pun juga mereka lalui dengan mudah, hingga kemudian mereka dihadapkan oleh sebuah belokan ke kiri yang cukup tajam.

Rem diinjak, perseneling turun ke gigi 2, dan mereka pun berbelok dengan kecepatan 65KM/h. Akan tetapi...

Seolah terkena dorongan gaib, bukan cuma Eko tetapi Sandy juga merasa jantungnya sempat berhenti berdetak. Itu disebakan karena tiba - tiba mobil mereka seperti 'bergeser' dengan sendirinya layaknya didorong oleh sesuatu.

Walaupun kejadian itu hanya terjadi dalam selang waktu sepersekian detik. Itu cukup untuk membuat Sandy dan Eko menginjak pedal rem dengan cukup dalam untuk menstabilkan mobil mereka.

"Dorongan yang luar biasa. Aku memang sudah memprediksinya tapi aku tidak tahu kalau akan sekuat ini," gumam Eko sambil menyeka keringat dingin yang membanjiri pelipisnya.

GALAMADYA : UPROAR (ON HOLD/HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang