Act 14 : Taking A Shortcut (Part 1)

25 0 0
                                    

Dan begitulah, setelah tempo hari mengatakan dirinya ingin mengamati dan menolong Sandy. Gadis bernama Silvia itu benar - benar melakukannya.

Dimulai dari mengikuti Sandy, mengamati apa yang Sandy lakukan, hingga menguntit Sandy ketika ia diluar kampus. Yap, gadis satu ini telah menjadi seseorang yang bisa disebut sebagai 'Stalker'.

Normalnya, Sandy mencoba tetap menjalani hidupnua dan mengabaikan. Akan tetapi, karena setiap Silvia melakukan pengamatan ia terlihat cukup mencolok. Maka perhatian orang - orang disekitarnya malah beralih kepadanya. Itu cukup untuk membuat pemuda itu geram setelah pengamatan Silvia menginjak hari ke - 4.

"Cih, bisa kau ikut aku sebentar," Sandy menarik lengan kanan Silvia secara sepihak.

Saat ini mereka sedang berada di warung bubur kacang hijau kesukaannya. Namun karena tatapan dan gumaman tanpa henti dari orang di sekitarnya membuat Sandy jengah akhirnya ia memilih untuk keluar.

"Apa yang sebenarnya kau lakukan?! Apa kau ingin mempermalukanku atau semacamnya?!" Sembur Sandy sesampainya mereka di tempat parkir.

"Bukankah sudah kubilang aku ingin mengumpulkan data? Aku tau kai antisosial tapi aku tidak tahu kalau kau juga tuli," jawab Silvia santai setengah bercanda.

"Data data, kalau kau mau data kenapa tak menghubungi pihak kampus saja?! Mereka punya data semua mahasiswa, kau tak perlu repot - repot membuntutiku sepanjang waktu!"

"Hahaha~... Nope. Data milik kampus hanya dasar - dasar saja. Sebagai anggota konseling aku harus mencari data yang sedetil - detilnya. Hanya mengambil jalan pintas agar tugasku cepat selesai."

Jelas Silvia sambil tertawa pelan. Sandy sudah tidak tahu lagi cara mengatasi gadis satu ini. Maka dari itu ia memutuskan untuk mundur dengan cara pergi meninggalkannya.

Tapi baru saja Sandy membalikan badan. "Ah-.." bahunya membentur bahu pria lain dengan cukup keras. Membuat tubuhnya agak terdorong ke belakang. "..-Maaf, aku tidak sengaja," ucap Sandy dengan segera.

"Oh, santai saja aku juga salah karena tidak memperhatikan jalan ketuka berjalan," balas si pria yang disenggol Sandy. Tangan kanannya menggenggam sebuah ponsel yang sepertinya menjadi alasan kenapa ia tidak fokus ketika berjalan.

"..hm? Tunggu dulu. Kau ini... Ah begitu," gumam sang pria sambil tersenyum. "Lain kali jangan bertengkar dengan kekasihmu di tempat ramai seperti ini. Kalau begitu sampai jumpa lagi!" Ucap pria itu yang lantas pergi.

"Kekasih? Aku tidak punya hubungan apa - apa dengan perempuan itu."

"Masak? Bukannya aku adalah pembimbing konseling mu? Hm?"

"Heh, yang benar saja."

Sandy menghela napas panjang. Dan kemudian melanjutkan langkahnya untuk masuk ke dalam Skyline R34 '00 miliknya.

Lalu setelah ia berada di dalam mobilnya, ia melihat ke arah kursi penumpang dan mendapati Silvia sudah duduk manis disana

"Kenapa kau ikut masuk ke dalam mobilku?" Tanya si empunya mobil. Ya walaupun dia sudah tahu apa jawabannya.

"Kau sudah tahu jawabannya, kan? Lebih baik kau tanya cara memperbaiki antisosial mu itu. Walaupun aku terkejut kau bisa berkomunikasi dengan orang lain selancar ini," jawab Silvia.

Sandy mulai menyalakan mobilnya. Ia sudah tidak peduli lagi, kalau memang gadis ini memang ingin terus membuntutinya. Maka dia harusnya tak boleh protes kemana Sandy akan membawanya pergi.

'Ah! Kalau memang begitu. Mari kita lihat reaksinya saat aku membawanya ke sana. Hehehe~..' bersamaan dengan munculnya ide tersebut Sandy menyimpulkan senyum jahat di bibirnya.

GALAMADYA : UPROAR (ON HOLD/HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang