Act 14 : Taking A Shortcut (Part 4)

21 0 0
                                    

"B-bagaimana coklatnya kemarin, apakah enak?"

"Hmmm~... Dibandingkan dengan CedBurry yang kemarin di beli temanku rasanya sangat berbeda, ya?"

"Apaan langsung membandingkannya dengan coklat bermerk! Dasar jahat. Tinggal jawab enak atau tidak!"

"Kenapa kau begitu ngotot soal hal sepele ini. Tingkahmu mengingatkanku dengan senior ku di bengkel."

Nadia menggembungkan pipinya sebal. Dhanni hanya bisa menghela napasnya pasrah melihat tingkah gadis itu. Pikirannya sedang mengulan kejadian pada hari Valentine lalu disaat Tris tiba - tiba membeli sebuah coklat bermerk mahal.

"TERKUTUKLAH KAU HARI VALENTINE!!! JIKA TIDAK ADA YANG MEMBERIKU COKLAT MAKA AKU TINGGAL MEMBELINYA UNTUK DIRIKU SENDIRI!!!"

Dan setelah itu, karena coklat itu terlalu banyak untuk dirinya sendiri. Dengan senang hati kru Fortuna SpeedShop juga ikut melahap coklat block itu.

Pemuda itu menggaruk pipinya. "M-meskipun coklat seperti itu rasanya enak. Kupikir coklat yang dibuat sendiri dengan tangan itu jauh lebih nikmat. Kuyakin kalau Nadia juga memberikannya pada orang lain dia pasti akan sangat senang."

"Aku tidak memberikan coklat itu pada orang lain selain dirimu," Nadia menyahut dengan sigap dan tegas.

"He?! I-itu artinya kau..." Dhanni yang merasa sedikit tersentak melirik kearah Nadia "..kau menjadikanku sebagai kelinci percobaan?!"

"Tidak, Bodoh! Ya ampun apa kau melakukannya dengan sengaja?!" Sebuah jitakan keras mulus mendarat di ubun - ubun Dhanni.

Nadia menghela napasnya. "Huftt~... Y-ya tapi seperti itulah. Aku memberikannya hanya padamu memang karena aku ingin. Apa kau tidak suka?"

Matanya kini menatap Dhanni dengan tatapan memelas. Yang membuat jantung Dhanni langsung berdegup kencang seperti putaran mesin yang dari RPM rendah langsung melesst ke RPM tinggi.

'Sial dia manis sekali!!...' jeritnya dalam hati. Ditambah saat dirinya menatap bibir Nadia, ingatan sewaktu mereka berdua berciuman di Gazebo UNI muncul kembali.

Dhanni menggeleng - gelengkan kepalanya dengan keras. "Tidak tidak tidak tidak! Aku harus fokus!" Mulutnya menggumam.

Jalan yang mereka lalui sekarang memanglah sepi. Tapi bukan berarti Dhanni sebagai pengemudi bisa lengah. Sedikit saja kelalaian di jalan raya bisa menimbulkan petaka, semua pengemudi tahu akan fakta ini.

Akan tetapi tetap saja Dhanni merasa kesulitan mengalihkan lirikannya pada gadis bernama Nadia ini. Pemuda itu kemudian lebih memilih untuk diam untuk mengembalikan fokusnya ke jalanan.

Nadia yang tak mendapatkan jawaban hanya bisa menghela napas. 'Mungkin ini lebih baik daripada mendapat jawaban kalau dia tidak suka atau membencinya,' dirinya mencoba berpikir positif.

Itu normal saja. Sebagai seorang gadis, Nadia mencintai Dhanni dengan sepenuh hatinya. Walaupun ia sempat mendapat semacam 'penolakan' bukan berarti cintanya akan beralih begitu saja. Memang terdengar konyol, namun setidaknya gadis ini percaya kalau ia mencintai Dhanni Narendra dari dalam lubuk hatinya.

"Omong - omong Nadia.. sampai kapan kau akan bekerja paruh waktu di tempat penjual ikan itu?"

"Eh? Ada apa tiba - tiba? Yah mungkin sampai bulan April."

"Huh, masih lama ya. Kurasa itu akan merepotkan buatku."

"Hoho~... Apa kau kangen pulang bersama denganku? Tenang saja, kalau ada waktu luang pasti aku akan pulang bersamamu."

Nadia mengusap - usap pundak Dhanni layaknya seorang Ibu yang sedang memberi kepastian dan menenangkan anaknya. Di bibirnya juga terukir sebuah senyum kecil ditambah rona merah yang mulai muncul di pipinya.

GALAMADYA : UPROAR (ON HOLD/HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang