Semua kejadian, karakter, lokasi dan sebagainya dalam cerita ini murni fiksi belaka. Segala kesamaan dengan dunia nyata benar - benar tidak disengaja.
Patuhi semua peraturan di jalan, lengkapi surat - surat, hindari operasi, dan berkendaralah dengan aman.Itu adalah pagi yang sunyi dan gelap di pinggiran kota Galamadya tidak ada satu kendaraan pun berada dalam jalan yang termasuk dalam bentangan jalur Pantura atau Jalur Pantai Utara pulau Jawa.
Kecuali, dua mobil yang kini sedang saling kejar dengan kecepatan luar biasa. Suara indah yang keluar dari knalpot mobil - mobil tersebut menandakan keduanya telah disetel dan dimodifikasi sedemikian rupa oleh pemiliknya.
Mobil pertama, yaitu sebuah Skyline GT-R R34 '00 berwarna silver metalik yang nampak melaju dengan santai dan sesekali melakukan sedikit gerakan menghadang dengan sedikit berbelok kekanan dan kekiri untuk menghalangi mobil yang ada di belakangnya.
Sementara mobil di belakangnya, sebuah M3 CSL '03 yang juga berwarna silver metalik namun sedikit gelap. Cenderung mulai sedikit tidak stabil yang menandakan kondisi emosi pengemudi mobil tersebut mulai goyah.
Jalanan yang mereka lalui saat ini adalah salah satu dari jalan utama yang ada di Indonesia, yang cenderung landai dan hanya memiliki belokan - belokan tumpul dan jalur lurus yang cukup panjang sehingga menjadi tempak yang cocok untuk menguji top speed dari suatu mobil. Dan tentu, menjadi salah satu tempat yang cocok untuk melakukan 'pull-up race' dan 'highway battle'.
"Cih! Padahal tenaga mobil kita berdua tidak berbeda jauh, tapi kenapa sulit sekali untuk menyalipnya?!" Keluh si pengemudi mobil kedua yang mulai frustasi untuk mencari celah agar bisa menyalip mobil yang berada di depannya.
"Ayolah, jangan buat ini terlalu mudah untukku. Aku yakin kau bisa lebih baik dari ini," gumam pengemudi mobil pertama yang mengamati sepasang lampu yang terlihat lapar untuk menyalipnya dari kaca spion.
Bersamaan saat mereka mencapai gigi 5, kecepatan mereka kurang lebih sudah mencapai 250km/h, dan itupun kedua pengemudi masih terus menginjak dalam pedal gas mereka.
Namun ada kesamaan diantara mereka berdua, yaitu di dalam mobil mereka atau lebih tepatnya di cup holder yang ada di bagian dashboard. Ada sebuah gelas kertas berukuran sedang dan berisi kopi yang diisi hingga hampir penuh. Yang anehnya sampai sekarang tidak tumpah sedikitpun.
Setiap kali tutbo - turbo dari mobil tersebut mencapai RPM yang cukup untuk boost atau bahasa kerennya spool. Suara indah bak simfoni keluar dari knalpot racing seolah menjadi lagu latar yang mengisi keheningan di jalan ini.
"Heh~.. aku yakin om pasti akan menertawaiku saat kami sampai nanti. Sial," si pengemudi mobil kedua menghela nafas panjang dan mulai melemahkan pijakan kakinya di pedal gas.
"Loh? Sudah nyerah? Ya ampun kau ini benar - benar bocah," komentar si pengemudi mobil pertama yang melihat mobil di belakangnya mulai agak melamban dan juga ikut merilekskan kaki kanannya sedari tadi terus menginjak pedal gas.
"Yosh.. sekarang!!!"
Dengan tiba - tiba pengemudi mobil kedua kembali menginjak pedal gas dan saat tenaga mesin kembali menendang masuk dan memberikan power tambahan, mobilnya dengan segera mengambil celah terbuka yang ada di depannya.
"Hoho~ taktik yang bagus, tapi!"
Tak mau kalah pengemudi mobil pertama juga kembali menginjak pedal gasnya dan dengan ajaib mengimbangi mobil kedua yang saat ini telah berada tepat di samping kanannya. Kedua mobil mengebut beriringan dengan kecepatan hampir 300km/h dimana sedikit kesalahan saja bisa menyebabkan kematian bagi salah satu atau bahkan mereka berdua. Akan tetapi, keduanya mampu menjaga jarak kedua mobil mereka dengan tetap di kecepatan setinggi itu.
"AYOOOO!!!" Teriak mereka berdua hampir bersamaan seiiringan dengan matahari yang hampir terbit dan juga sebuah gapura besar yang mulai nampak di kejauhan.
Menandakan perlombaan kecil mereka kali ini akan segera berakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALAMADYA : UPROAR (ON HOLD/HIATUS)
Fiksi RemajaBerlatar sebuah kota bernama Galamadya di Indonesia yang menjadi pusat 'Motor Sport' Asia Tenggara setelah mengalami revolusi industri. dua orang saudara asal Semarang, Dhanni Narendra dan kakaknya Sandy Wardhana, datang dengan tujuan berdiri di pu...