Act 16 : Meaning Of Skilled (Part 1)

28 2 0
                                    

Fortuna SpeedShop... Pukul 15.45 sore...

"Nah, akhir bulan lalu aku bertemu seseorang yang mengaku pembalap dari Kukuh Racing Tech bernama Raka atau siapa begitu," celetuk Dhanni sembari mengamplas bagian panel kiri dari sebuah IS200 '98 yang nampak baret cukup dalam.

"Benarkah? Bisa kau ambilkan dempul itu?" Tangan kanan Sandy menjulur untuk menerima sebungkus dempul yang Dhanni berikan. "..terima kasih. Jadi apa terjadi sesuatu yang menarik ketika kau bertemu dengannya?"

Ekspresi Dhanni mengeras. Melihat itu Sandy langsung menyimpulkan. 'Waduh... Sepertinya terjadi sesuatu saat mereka bertemu. Semoga saja bukan hal yang buruk.'

"Dia melayangkan tantangannya tepat di depan wajahku. Sudah lama tidak ada yang seperti itu "

"He~.. berani juga. Lalu? Kau menghajarnya atau bagaimana? Kok ekspresimu seperti itu."

"Tidak! Goblok! Aku cuma menjawab silahkan saja kalau mau menantang FRD. Kita akan menerimanya dengan senang hati."

"Oke itu jawabanmu. Lalu apa yang membuatmu terganggu seperti ini?"

Dhanni menghentikan gerakan tangannya yang tengah mengamplas. Ia menarik napas panjang dan menghembuskannya secara perlahan.

"Dia mengendarai Supra RZ milikku dulu." Kata Dhanni.

"Itu baru kebetulan yang tidak biasa. Benar, kan? Kak Tris," ucap Sandy pada Tris, yang datang sambil membawa bemper depan IS200 itu.

Merasa terpanggil, Tris mengalihkan pandangannya pada Sandy dan Dhanni. Setelah meletakan bemper itu ke tanah, dia mulai berjongkok untuk mengecek pekerjaan kakak beradik itu. Tris memang selalu di pasrahi oleh dian untuk mengurusi segala urusan 'Bodywork' Fortuna.

"Untuk orang yang mesum kemampuan kak Tris dalam memperbaiki body benar - benae tiada dua."

"Mungkin itu sebabnya dia tidak bisa menyentuh 'body' wanita. Tuhan memang maha adil."

"WOY KAMPRET!"

Kondisi IS200 itu cukup parah ketika datang ke Fortuna 2 hari lalu. Hampir seluruh body depannya remuk, kapnya bebgkok, bahkan Intercooler mobil itu juga ikut hancur.

Matanya berkeliling melihat hasil dempulan Sandy dan amplasan Dhanni. Setelah kepalanya mengangguk puas. Barulah ia menanggapi ucapan Sandy tadi. "Yah kau benar. Dulu aku juga cuma sebentar melihat Supra itu "

Dhanni mendecih. "Cih, andaikan saja kak Dea tidak suruh menjualnya dulu-.."

"Hentikan!.." Potong Sandy. "..sekarang kau sudah punya M3 itu, kan? Sudah punya nama lagi. Jadi ayolah berhenti menyesali sesuatu yang sudah bukan milikmu."

Perkataan Sandy sungguh mengena pada Dhanni. Memang benar, percuma saja menyesali sesuatu yang sudah menjadi milik orang lain. Atau dengan kata lain "Berhentilah meratap dan teruslah bergerak maju!" Setidaknya itulah yang ingin Sandy sampaikan.

'Tetap saja... Melihat Supra itu berada di tangan lain..' katanya dalam hati. Merasa masih ada yang mengganjal.

Namun, saat mengatakan itu, kali ini ekspresi Sandy yang berubah. Wajahnya mendadak menjadi kosong. Pemuda itu lalu menggelengkan kepalanya pelan dan kembali menjadi Sandy yang biasanya.

"Hm, baiklah - baiklah aku mengerti. Kalau begitu ayo lanjutkan bekerja, pekerjaan kita masih banyak."

"Kurasa kau benar. Bahkan kap mobil ini juga belum terpasang. Yang mengemudikan ini katanya kecelakaan di Ring, kan?"

"Begitulah, beruntung chassisnya tidak ikut bengkong. Akhir - akhir ini banyak sekali yang kecelakaan di Ring. Ini bisa jadi pertanda buruk."

"Pertanda buruk?"

"Itu artinya peringatan akan keluar dari Polres GM kepada pengelola Ring. Jika hal ini masih berlanjut dengan terpaksa pengelola akan menutup Galamadya Ring. Dan jika itu terjadi maka raungan kota ini akan menghilang. Untuk selamanya."

Tandas Dian. Menanggapi pertanda buruk yang ditanyakan oleh Dhanni. Keponakannya itu terlihat tidak percaya, bahwa hanya dengan menutup Galamadya Ring semuanya akan lenyap begitu saja dari 'City Of Speed' ini.

Dhanni menghela napas panjang. "Sepertinya aku mulai paham apa yang dimaksud oleh pak Dedi," gumamnya pelan. "..aku juga dengar beberapa hal dari temanku-.."

"He? Ka-kau punya teman?!! T-tidak mungkin!" Sandy langsung menyela ucapan Dhanni. Dengan tatapan yang sangat sangat tidak percaya.

"Tolol, ya punya lah! Kau kira milik siapa SportCross merah itu?!" Balas remaja itu seraya menunjuk sebuah IS300 SportCross '01 warna merah yang terparkir di sebelah M3 miliknya.

"Ti-tidak mungkin?! D-dia kan perempuan. M-mana mungkin gadis secantik itu adalah temanmu?!!!" Tris juga menyahut, menggunakan ekspresi wajah yang sama persis dengan Sandy sebelumnya.

Dhanni menggeram. "Anjinglah! Aku tidak peduli. Tapi dia cuma bilang, ketika temannya kecelakaan di Ring. Mobil si temannya itu katanya disundul oleh mobil lain dari belakang dengan sengaja. Tapi ketika diselidiki tidak ada bukti apapun waktu polisi menyelidikinya." Ucapnya.

'K-kau marah tapi tetap mengatakannya ya, Dhanni?' batin Dian, Sandy, dan Tris secara bersamaan.

"Pada akhirnya tidak ada bukti, kan? Itu mungkin cuma alasan agar orang itu tidak dituntut ganti rugi," timpal Tris.

"Aku pikir juga begitu, dasar tidak jantan," kata Dhanni setuju.

"Mau benar atau tidak, kesialan bagi mereka selalu menjadi keuntungan bagi kita. Pendapatan bengkel kita jadi naik lho akhir - akhir ini," Sahut Dian setengah bercanda sambil menghisap rokoknya.

'Cu-culas juga ada batasnya lho, Dian...'

"T-tapi tetap saja a-aku masih tidak percaya Dhanni punya pacar. Perempuan lagi," celetuk Sandy. Membuat Dhanni kembali tersulut emosinya.

"Masih membahas itu?! Nadia itu bukan pacarku! Cuma teman, dan apanya 'perempuan lagi' aku masih normal! Oh ya benar juga aku harus-.." Dhanni seperti mengalami stroke ringan ketika melihat jam. "..BANGSAT AKU LUPA KALAU AKU HARUS MENJEMPUTNYA! m-maaf semuanya sepertinya kalian harus mengerjakan sisanya sendiri."

Ia langsung mengambil langkah seribu meninggalkan mereka bertiga. Ketiganya hanya bisa saling pandang sambil mengangkat bahu, bingung apa yang sebenarnya terjadi pada Dhanni. Setelah keluar dari ruang pegawai, Dhanni telah berganti kostum mengenakan pakaian formalnya.

Dengan kunci mobil di tangan kanan, dia langsung berlari menuju ke arah M3 CSL miliknya."Aku pergi dulu," ucap Dhanni terakhir sebelum masuk mobil dan kemudian pergi meninggalkan Fortuna SpeedShop.

"Wow.. D-Dhanni itu benar - benar sesuatu, ya?"

"Mungkin kata yang tepat itu benar - benar bodoh."

"Sudahlah, ayo lanjutkan pekerjaan kalian mobil ini harus jadi satu hari lagi."

GALAMADYA : UPROAR (ON HOLD/HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang