Act 07 : Coming In Hot(Hatch!) (Part 2)

42 1 0
                                    

Keduanya melesat, karena Dhanni mengambil posisi memimpin itu berarti sekarang dia yang berada di depan, dengan Hana masih bisa mengekor di belakangnya. Sesuai aturan Touge yang berasal dari negeri matahari terbit, jika Hana masih bisa menempel ketat bemper belakang Dhanni hingga finish, maka pertandingan akan berlanjut ke babak berikutnya sampai ada yang menyerah.

Atau bisa dibilang dalam balapan ini bukan hanya adu kecepatan, tetapi  sekaligus adu ketahanan. Di bagian awal balapan mereka disuguhi sebuah jalanan landai, keduanya langsung memacu kendaraan mereka hingga kecepatan 135KM/h di gigi 4.

Menerjang gelapnya Rawa Pening Pass tanpa rasa takut, Dhanni dan Sandy sampai di tikungan pertama di jalur ini, yaitu sebuah hairpin ke kiri yang tidak terlalu rapat. Dengan cekatan Dhanni menginjak remnya dan tangan kanannya yang selalu berada di tongkat transmisi menurunkan giginya dari gigi 4 ke gigi 3, dan bertahan di gigi 2 untuk berbelok dengan kecepatan 80KM/h. Akan tetapi, Hana juga tak mau kalah, ia dapat mengikuti jalur dalam yang Dhanni ambil untuk berbelok dan terus menempelnya dengan kecepatan yang sama.

Dan setelah melalui tikungan ini, mereka berdua sampai di bagian yang mungkin bisa dibilang sebagai bagian paling menguras tenaga disini karena rentetan hairpin berbentuk huruf 'S' yang bertubi - tubi. Dhanni menggunakan taktik 'ambil jalur dalam' untuk melibas bagian ini, setiap tikungan ia hajar dengan kecepatan sekitar 60 - 90KM/h. Berniat menambah jarak dari sang pengejar, tapi...

Saat sampai di tikungan ke 9 di lintasan ini, Dhanni mencoba mengintip kaca spion tengahnya, dan itu membuat kedua matanya terbelalak...

'T-tidak mungkin!? Padahal aku sudah mengemudi secepat yang aku bisa t-tapi kenapa?! Apa - apaan dengan Civic itu?!!!!' seru Dhanni dalam hati dengan agak panik karena saat ia merasa sudah memimpin jauh, ternyata jarak mobilnya dengan mobil Hana tidak berubah dan masih sama seperti sejak mereka meluncur dari garis start!.

Keringat dingin mulai membasahi punggung dan pelipis remaja itu, ia tidak menyangka kalau Hana bisa mengikutinya. Giginya menggeretak, bukan karena kesal dirinya masih bisa diikuti oleh gadis itu. Akan tetapi karena dirinya merasa tidak bisa menginjak pedal gas lebih dalam lagi.

"Seharusnya aku mengindahkan saran dari om Dian dan Kak Sandy.." tambahnya lagi dengan sedikit rasa menyesal.

Melihat Dhanni yang mengemudi seperti ini, pemikiran Hana langsung terfokus akan satu hal. Satu hal yang paling ia benci dalam balapan melawan orang lain.

"Ada apa Dhanni Narendra? Apa cuma segini kemampuannmu? Padahal aku yakin kemampuanmu jauh di atas ini! Ini sama saja kau sedang meremehkan ku!"

Ujar Hana kesal yang merasa Dhanni seperti 'menggoda/meremehkan' dirinya dengan tidak mengemudi dengan seluruh kemampuannya. Dan tentu saja ini membuat gadis itu kesal karena itu sama saja melecehkan mobil yang telah dibuat ayahnya.

'Baiklah kalau itu yang kau minta... Ku kira Dhanni itu berbeda. Ternyata kau sama saja dengan yang lainnya! Sesuai permintaanmu, aku akan mengalahkanmu! Karena aksi lebih keras daripada suara! Mari kita lihat bagaimana bisa menangani seranganku!'

Hana mulai melakukan gerakan menyerang, dan dalam kamus Hana menyerang bukanlah gerakan untuk menyalip. Namun semakin mendekatkan mobilnya dengan mobil lawan untuk membuat sang lawan tertekan dan akhirnya melakukan kesalahan karena panik. Bahkan sekarang di tikungan ke 16 di bbagian ini, Civic EG putih itu terbukti berhasil mengekor dan bahkan sedikit menyundul bemper belakang M3 CSL silver di depannya. Bagi mobil yang pada dasarnya memiliki spesifikasi lebih tinggi, tentu hal ini secara tidak langsung merupakan penghinaan.

Belokan setelah bukanlah sebuah hairpin, akan tetapi hanya sebuah tikungan ke kiri biasa yang disusul sebuah jalanan melandai yang cukup panjang untuk menenangkan diri sejenak. Dengan kecepatan 70KM/h, Dhanni memutar kemudinya ke kiri dan juga memainkan remnya untuk mulai berbelok dan tentu Hana masih menempel bak lem di bemper belakangnya. Membuat remaja itu semakin resah dan tidak bisa fokus dalam mengemudi. Setelah keluar dari tikungan tersebut Dhanni langsung memberanikan diri untuk menginjak pedal gasnya lebih dalam. Raungan dari mesin S54 yang bersemayam di bawah kapnya langsung meraung menuju ke putaran tertingginya.

GALAMADYA : UPROAR (ON HOLD/HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang