Di tahun-tahun kebelakangan ni, dia tidak pernah lagi menuturkan kata, 'tolong jangan pergi, tolong ada disini disisi saya sampai bila-bila', pada siapapun yang datang kemudian malah pergi, dia cuma memandang kosong semuanya. Semua luka yang pernah terjadi mengajar dia untuk tidak merayu pada yang sudah tidak sudi. Walhal kadangkala, kata-kata itu yang mungkin mampu memujuk si pria supaya ada disisi. Tapi dia sudah kehilangan kata-kata, dia sudah kehilangan pengharapan, dia tidak mahu merayu meminta simpati, kerna pada dia, kalau kau mahu, kau takkan tinggalkan aku.
Terkadang dia terfikir, apa terlalu keraskah hati ini? Mengapa tidak berjuang mendapatkan apa yang kita cintai? Tapi apa artinya semua itu kalau cuma yang bertepuk hanya sebelah sahaja? Dia telah melewati tahun demi tahun diperguna oleh pria-pria yang tidak matang. Mencari sekadar mahu mengisi kekosongan. Tapi apa layak mereka di panggil pria? atau boleh aku panggil mereka banjingan?
YOU ARE READING
Tulisan-tulisan patah
PoetryTiada apa di sini. Duduklah di sisi jendela, menikmati alam yang sedang kehujanan dan menghirup secawan kopi bersama bait-bait kata yang sedang kepatahan.