Sesal terus meradang
Membawa hati 'tuk memandang
Pada petir yang tumbangkan ilalang
Dengan tanpa binar memancarKau pergi
Dengan memberi arti
Bahwa ini bukan karena takdirKarena gigilnya salju 'kan tetap berjatuhan
Sejuknya semi 'kan tetap bermunculan
Lembapnya panas 'kan tetap bersemaian
Ronanya gugur 'kan tetap bersepaian
Walau tak ada rapalan anganTakdir hanya selalu berputar pada satu arah
Membawa kemustahilan yang harus ditelaahNamun akhirmu tetap menjebak pada kubangan dalam
Mengikat pada gelapnya malam
Membingkai dalam harapan kelam
Tanpa memberi satu pun celahDuka mengungkung dalam sesal
Saat tak ada kesalahan lain yang berasal
Dari semua hal
Kecuali harapku yang tetap merapalKarena tanpa diminta
Hati tetap meraup segala harap
Walau tahu 'kan membawa ratapTak ada yang tersisa
Dari lengkungan tawa
Kala sesal membawa laraKarena pergimu datang
Saat rasa baru merundung angan
Hingga hanya menyisa sesalJadi, bagaimana mungkin aku mampu
Terbebas dari sesal yang membelenggu
Bernapas tanpa luka yang memaku
Juga berdetak dengan perih yang memacu
Jika tiap udara yang bersapu
Adalah pengingat tak mampunya kita bersatu?Dunia semuku tentangmu,
29 Januari 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Untai Aksara Tentang Kita
PoetryKamu, aku, dan dunia ini, kita datang lalu pergi, iringi masa bersama sunyi, dalam juita yang pegari dan tak lagi. Akankah sang asa abadi, dapat jadi lebih dari, sekadar khayali?