Sangat jenaka,
jika terputar memori lama,
akanku yang hanya diam dibunuh mereka,
dalam "reuni" yang diatasnamakan untuk "membuka",
dengan tindakan sepengecut membutuhkan massa.Terlebih, untuk tetap bungkam,
dan tak memberi penjelasan,
akan pertanyaan terbodoh yang bisa manusia lontarkan,
dengan mengatasnamakan perih luar biasa yang baru pertama kurasakan.Padahal,
alih-alih meninggalkan,
dan membiarkan mereka melakukan segala hal,
aku bisa melontar tanya yang sangat sederhana.Misalnya saja,
"Memang kamu siapa?"Pati, 17 April 2019
Kertas Usang
KAMU SEDANG MEMBACA
Untai Aksara Tentang Kita
PoetryKamu, aku, dan dunia ini, kita datang lalu pergi, iringi masa bersama sunyi, dalam juita yang pegari dan tak lagi. Akankah sang asa abadi, dapat jadi lebih dari, sekadar khayali?