Di tengah hujan, kita berjalan. Saling menatap tanpa batasan. Tak sadar diri dan lupa semua kebejatan.
Aku ... menghamba. Hujan dan damainya tatapmu buatku tak berdaya.
Jadi, lekaslah tapakkan kakimu. Di atas hatiku yang begitu merindu. Singkirkan segala ragu. Buatlah hamba ini menjadi pijakanmu.
Jika kamu masih ragu, hilangkan logikamu. Belatiku akan melunak di bawah kakimu. Akan ada banyak bunga bersemi dan gantikan ilalangmu yang telah layu. Jadi, lekaslah lakukan. Biar hamba ini makin lupa diri dan hanya mengenal keindahan.
Sakit buatku meraung. Pedih buatku tenggelam dalam lorong tak berujung. Hanya kamu yang punya penawarnya. Jadi, lekaslah lakukan, aku sudah berlutut tepat di depan.
Karena aku benar-benar menghamba. Hingga matahari mencumbu tanah pun tak mampu untuk berhenti merapal damba.
23 Juli 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Untai Aksara Tentang Kita
PoetryKamu, aku, dan dunia ini, kita datang lalu pergi, iringi masa bersama sunyi, dalam juita yang pegari dan tak lagi. Akankah sang asa abadi, dapat jadi lebih dari, sekadar khayali?