Maaf,
telah kubunuh dua orang tanpa nama khilaf,
dengan senjata dan segala tajamnya,
yang tak pernah kutampakkan di depan mereka.Ampun,
telah kuhabisi mereka karena hilangnya afsun,
dengan terbabatnya segala sekat,
yang kulupa atas nama dekat.Sebagai gantinya,
'kan kujauhi jasad mereka,
takkan kusesali lagi rahasianya,
atas kicau yang hanya tak mau ditampakkan di depan muka.Jika masih kurang,
'kan kuterima segala hujatan,
atas pendapatku yang alih-alih diluruskan,
malah dibelokkan dan hanya dibicarakan di belakang.Namun jika tawarku terlalu khayali,
mereka jauh lebih tersakiti,
nyawa tak bisa kutebus kecuali mati,
kumohon ingat bahwa di sini,
aku juga punya hukuman pribadi,
begitu pula semua manusia di dunia ini.Bintaro, 23 Februari 2019
Kertas Usang
KAMU SEDANG MEMBACA
Untai Aksara Tentang Kita
PoesiaKamu, aku, dan dunia ini, kita datang lalu pergi, iringi masa bersama sunyi, dalam juita yang pegari dan tak lagi. Akankah sang asa abadi, dapat jadi lebih dari, sekadar khayali?