Gelap memasung. Namun berkatmu, semua penolakan semesta tak mampu mengungkung. Aku memang mematung. Terlalu sibuk dalam utopia pribadi tentangmu yang masih hidup.
Di dalam sana, aku menggenggam sirius-ku. Dengan cahaya super terangmu, jemari lemah itu sama erat menggenggamku. Semua tampak terlalu khayali. Tapi ... bukankah ini utopia pribadi?
Tenanglah, aku masih waras. Aku tahu dalam rengkuhan nyata, kita berjarak 8,6 tahun cahaya. Aku tahu massamu terlalu agung untuk dapat kurengkuh. Aku tahu kamu memilih kekal dalam jauh, bukannya meski sekejap ada dalam jarak dekapku. Tapi, Sayang, bolehkah aku tetap memujamu? Jemariku tak mau berhenti menguntai aksara tentang segala kenangan dulu. Doaku tak mau berhenti merapal untuk bahagiamu.
Bolehkah aku mengabadikanmu--sepanjang sisa waktu--walau nyatanya kamu telah berada dalam rengkuhan Tuhan dua tahun lalu?
4 Agustus 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Untai Aksara Tentang Kita
PoetryKamu, aku, dan dunia ini, kita datang lalu pergi, iringi masa bersama sunyi, dalam juita yang pegari dan tak lagi. Akankah sang asa abadi, dapat jadi lebih dari, sekadar khayali?