Di antara kita, tentu ada jutaan kata yang tak sempat menjumpa dengarnya. Pasti ada miliaran aksara yang tak sampai merengkuh jangka sang netra. Kuyakin ada triliunan rasa yang belum mampu meraih sambut dalam genggamnya. Bukankah aku benar, Juita?
Mereka tak akan saling tertawa. Tak akan menjumpa nyatanya asa, apalagi terjamahnya lega. Kita berdua sangat mengetahui itu semua. Dan malam itu kita sepakat--tak akan ada sesal dan nestapa yang merekat.
Hanya ... seperti katamu. Aku juga sungguh tahu.
Tanpa kamu sekarat, dunia mungkin akan tetap membiru dan berkarat. Tanpa kamu meringis sakit, bahagia manusia mungkin tak akan terakit. Dan tanpa kamu tiada, semesta mungkin akan kehilangan rona merahnya.
Namun terlepas dari semesta dan semua bahagianya; terlepas dari manusia dan segala gelaknya; terlepas dari dunia dan semua kelakarnya, kita berdua saling memendam paham. Kita berdua sungguh saling mengerti dan sepakat menyimpannya hanya dalam pikiran.
Karena terlepas dari tawa seluruh sisa manusia, matimu membuat semesta kita tiada.
Tanpa sisa.
Dan dengan keharusan ... kita menerimanya.
28 September 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Untai Aksara Tentang Kita
PoetryKamu, aku, dan dunia ini, kita datang lalu pergi, iringi masa bersama sunyi, dalam juita yang pegari dan tak lagi. Akankah sang asa abadi, dapat jadi lebih dari, sekadar khayali?