Ada yang tak pandai dalam bidang akademik tapi tiap katanya tak mampu buatmu berkutik. Ada yang fisiknya lemah tapi bisa menyembelihmu hanya dengan untai aksara. Ada yang tak bisa menyelesaikan soal permasalahan tapi nasihatnya akan kehidupan tak akan mampu dilupa semua orang.
Jangan terlalu picik. Semesta tak senaif yang kamu pikir.
Bisa jadi orang yang kamu pandang sebelah mata karena pakaian kumal adalah ayah yang sedang berjuang untuk sang anak, hingga memikirkan diri sendiri pun tak pernah terlintas dalam benak. Bisa jadi orang yang kamu jauhi karena tak pernah berprestasi adalah gadis yang sedang memerangi guncangan jiwa dengan begitu gigih. Bisa jadi orang yang kamu ejek karena tak pernah bersuara adalah orang yang menyimpan kebenaran dan akan buatmu bungkam begitu mengucap kata. Bisa jadi pencuri yang kamu pukuli kemarin adalah seorang kakak yang sedang berperang demi sang adik sekarat. Bisa jadi orang yang kamu bilang terlalu sensitif adalah jiwa yang baru saja dikoyak dan berjuang untuk menyelamatkan sekeping sisa di dalam sana.
Menghakimi bukanlah tugasmu saat kamu bahkan tak tahu apa yang terkungkung di balik itu--apalagi peduli dan ikut membantu. "Menghargai keberagaman" bukan hanya pajangan di status media sosial. "Peduli sesama" bukan sekadar dua kata tanpa makna.
Saat ada orang yang jiwanya rusak, kamu akan bersyukur karena gelar psikolog bukan sekadar ukiran di atas meja. Saat ada banyak penjahat, kamu tak akan pusing karena bisa menjadi hakim di kisah nyata. Saat ada satu orang yang hanya pandai merangkai kata, kamu tak perlu susah payah mencari jendela berbagai dunia.
Semesta diciptakan seimbang. Hipernova tak akan menyerang kehampaan. Jadi, jika kamu ingin semesta diisi satu jenis kalangan saja, pergilah.
Ya, pergi saja. Semesta tak diciptakan begitu adanya. Daripada kamu putus asa karena tak mampu wujudkan asa, bukankah pergi adalah satu-satunya solusi paling bijak?
26 Oktober 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Untai Aksara Tentang Kita
PoetryKamu, aku, dan dunia ini, kita datang lalu pergi, iringi masa bersama sunyi, dalam juita yang pegari dan tak lagi. Akankah sang asa abadi, dapat jadi lebih dari, sekadar khayali?