Jujur,
rindu itu tak lekas mundur.Mungkin aku mencandu,
akan hal sekhayali kamu,
dan hal-hal yang eksistensinya selalu didahului kata 'dulu'.Gemintang yang kita hitung,
menanyakan kabarmu,
pada semua aksara tentang si sosok sadu,
juga kertas usangku yang belum lelah mengenangmu.Hujan yang menghantam malu-malu,
akhirnya mengaku cemburu,
karena dulu tak mampu merebut atensimu,
yang hanya terpaku padaku.Angkasa menanyakanmu,
katanya, dia rindu,
merasakan damainya sorot itu,
saat kedua matamu menatapnya dalam bisu.Namun, Juita,
harus kujawab apa,
jika di sini saja,
yang kutemu hanya hampa?Dan yang kutahu hanya,
kamu telah tiada,
sudah 2 tahun, 6 bulan, 26 hari lamanya,
dan aku masih merindumu sepenuh jiwa.9 September 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Untai Aksara Tentang Kita
PoetryKamu, aku, dan dunia ini, kita datang lalu pergi, iringi masa bersama sunyi, dalam juita yang pegari dan tak lagi. Akankah sang asa abadi, dapat jadi lebih dari, sekadar khayali?