Sudah jelas, yang kita punya tidak bisa mengguncang dunia. Bukan hal yang akan membuat dunia menobatkan kita menjadi ratu dan raja, bukan pula akan menjadikan kita yang terkaya.
Tapi kita saling memiliki satu sama lain. Dan sejauh ini, kurasa itulah semesta terbaik.
Bukan tentang kita yang dulunya hanya dua anak yang sangat suka cokelat dan es krim, bukan tentang kita yang dulu tak pernah melewatkan satu hari pun untuk bermain, bukan tentang kita yang saat terdiam dan terpaku pada buku masing-masing pun masih menjaga satu sama lain dari kucing, juga bukan tentang kita yang selalu merayakan berakhirnya ujian dengan nyanyian sumbang bukan main.
Kupikir, bukan juga tentang kita yang tak kunjung menemukan bakat, kita yang tak mengucap rasa untuk saling mengikat, kita yang bisa seharian berdiam hanya untuk melihat hujan atau semalaman terjaga hanya untuk melihat bintang, juga kita yang tampak terlalu dekat padahal hampir tak pernah saling bertukar pesan, panggilan, hanya berduaan, serta bersentuhan--sejak kita bukan lagi dua bocah.
Ini hanya tentang ... akhirnya.
Tentang kamu yang benar-benar tahu akan kehilangan banyak mimpi besar namun amat tak memedulikan. Tentang kamu yang tak memikirkan ketidakpunyaanmu akan kesempatan melanjutkan pendidikan, memiliki kartu tanda penduduk dan surat izin mengemudi, meraih banyak lagi penghargaan, berkeliling dunia, juga memiliki bisnis yang luar biasa hebat tapi malah takut tak lagi bisa bersamaku dalam menghitung bintang. Tentang kamu yang sekarat tapi masih mengingatkanku dengan keras agar selalu meminum obat. Tentang kamu yang mengatakan dirimu mengerikan--atas efek kemoterapi dan segala pengobatan--namun selalu menatapku seolah aku adalah makhluk kayangan.
Ya, kita memang tidak bisa dan tak berniat membuat jagat raya terguncang. Namun siapa sangka dengan aku dan kamu, kita punya satu semesta kecil itu? Tanpa peran antagonis di dalamnya. Hanya kebaikan-kebaikan kecil yang sangat ajaib dan istimewa.
Karena nyatanya ... kita hanya kita.
Dan aku akan selalu mengingatmu dalam potret bocah dengan mulut berlumuran cokelat yang punya banyak sekali mimpi serta tatapan bersinar-sinar bahkan saat berlari. Aku akan selalu membayangkan memegang kartu tanda pendudukmu dan melihat sejelek apa malaikatku di sana. Aku akan selalu menghitung bintang dan merasa kamu masih ada.
Dan tentu saja, kamu adalah cerita yang akan selalu kuceritakan dengan bangga pada siapa pun juga.
Karena walau sudah genap tiga tahun berpisah, tak pernah mampu aku berhenti bersyukur seorang malaikat pernah membagi sembilan tahun waktunya di dunia padaku dengan penuh tawa riang.
Bintaro, 14 Februari 2019
Kertas UsangMungkin kamu akan marah mendapati kematianmu adalah hal yang paling sulit membuatku memudarkan rasa--hingga tanggal kematianmu pun masih menjadi serangkaian angka untuk membuka kunci gawaiku. Namun karena kamu sudah tiada--genap tiga tahun sudah--kurasa tak apa. Kamu tak akan tahu dan bisa marah, 'kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Untai Aksara Tentang Kita
PoesiaKamu, aku, dan dunia ini, kita datang lalu pergi, iringi masa bersama sunyi, dalam juita yang pegari dan tak lagi. Akankah sang asa abadi, dapat jadi lebih dari, sekadar khayali?