Anak-Anak

6 0 0
                                    

Siang itu, suara kita menyatu. Melodi indah yang harusnya mengalun kita ganti dengan suara sumbang tanpa nada apa pun. Kesedihan lagu yang harusnya berbicara kita ganti dengan tawa kencang luar biasa.

Siang itu, kita benar-benar gila. Sama sekali tak bisa diam--apalagi berhenti tertawa. Mengabaikan fakta kamu tak sedang begitu sehat karena si bekal makan siang dan jam istirahat diberikan padaku, hingga sang guru kimia memberi imbalan lari memutari lapangan basket lima puluh kali padamu atas keterlambatan waktu. Mengabaikan fakta PR kita sedang banyak-banyaknya, jadwal ulangan juga padat tak terkira.

Siang itu, kita adalah dua orang paling bahagia. Walau setelah kupikir lagi sekarang, tak ada yang lucu ternyata. Namun tetap saja, kita hanyalah anak-anak berumur sebelas. Kita hanya punya sepasang mata yang terpaku pada masing-masing lawan kegilaan. Kita hanya makhluk naif yang hanya mengenal hitam dan putih. Kita hanyalah kita--tanpa kedok maupun sandiwara.

Dan sungguh, kita hanya anak-anak yang tanpa sadar saling jatuh hati, tetap menggenggam kenangan siang itu saat sang perpisahan tak bisa ditunda lagi.

22 September 2018

Untai Aksara Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang