Sore tadi, aku termenung mendengar anak-anak bermain hompimpa untuk kemudian saling bersembunyi dan mencari. Jumlah mereka ada banyak sekali. Senyumnya sungguh berseri-seri. Rona bahagia tak perlu ditanyakan lagi.
Berkilas balik, aku sedikit mendelik. Rasa iri sedikit bergidik. "Aku juga ingin punya masa kecil seperti mereka," bisik si rasa. Namun dengan cepat, iri itu tandas tanpa sendat. Karena meski tak punya teman masa kecil barang satu, lalu berpindah tempat tinggal dan malah mulai sangat payah dirundung, aku ... menemukanmu.
Ada kamu yang dengan polosnya menarik tanganku dan berlarian hanya karena dikejar ayam. Ada kamu yang dengan naifnya menyelinap--saat hanya ada aku di rumah--sambil membawa sebotol obat merah. Ada kamu yang selalu menarikku ikut ke rumah sakit untuk menemani berobat hingga kata "sembuh total" dokter ucapkan. Ada kamu yang kemudian beranjak dewasa hingga berdua denganku pun harus ada pengawasnya. Ada kamu yang kemudian pindah rumah namun selalu datang saat kubutuhkan tanpa sekalipun aku meminta. Ada kamu yang selalu mengantar bekal saat aku lupa membawa dan mengorbankan nafsu si perut juga jam istirahat hanya untuk menempuh jarak. Ada kamu yang selalu mengatakan aku berharga saat dunia sibuk melempar sampah. Ada kamu yang berkendara dengan kecepatan penuh ke sekolahku karena aku terlambat bangun dan membuatmu terlambat sampai ke sekolah lain itu.
Dan memang saat itu, selalu ada kamu--rumahku.
Bahkan akhirnya, selalu ada kamu juga. Ada kamu yang duduk tiap sore di bangku taman denganku hanya untuk menatap dedaunan. Ada kamu yang mengkhawatirkan penampilan karena rambut yang telah tiada. Ada kamu yang merasa tak pantas berada di sampingku hanya karena memakai kursi roda. Ada kamu yang kupaksa berjanji untuk kembali, namun nyatanya lebih memilih pergi.
Dan memang saat ini, kamu tak lagi pegari. Rumahku juga sesungguhnya kamu bawa mati. Yang tersisa hanya memori. Jadi, maaf, tiap membutuhkan rumah lagi ... kuciptakanmu dalam imaji.
28 Oktober 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Untai Aksara Tentang Kita
PoetryKamu, aku, dan dunia ini, kita datang lalu pergi, iringi masa bersama sunyi, dalam juita yang pegari dan tak lagi. Akankah sang asa abadi, dapat jadi lebih dari, sekadar khayali?