Will Be Back

1.1K 147 10
                                        

"kenapa kau sangat kekanak-kanakan, Jihoon-ah?"

Jinyoung mengerutkan keningnya, tidak habis pikir dengan jalan pikiran kekasih yang sudah menemaninya selama lima tahun ini.

"Aku ? Kekanak-kanakan ? Ck." Jihoon menghela nafas kasar dengan bibir yang sedikit terangkat.

"Aku bersikap seperti ini agar aku selalu bisa di dekatmu, ada di saat kau butuhkan dan begitu pula sebaliknya. Aku.. aku tidak sanggup jika harus berjauhan denganmu, Jinyoung-ah, aku mohon mengerti lah."

Jinyoung bingung, apa yang harus ia lakukan agar kekasihnya ini mau melepaskannya.

Jinyoung menatap lembut sang kekasih yang sekarang sudah mulai menunjukkan ia akan menangis. Jinyoung mendekatkan dirinya, meraih pundak sang kekasih dan menangadahkan kepala sang kekasih dengan jari telunjuknya.

"Aku mengerti, tapi aku tidak bisa Jihoon-ah. Aku melakukan ini semua untuk masa depan kita."

Jinyoung mengeratkan sedikit cengkramannya di pundak Jihoon, mencoba untuk meyakinkannya.

"Aku pergi ke Busan untuk bekerja. Aku ada proyek disana, yang mengharuskan aku tinggal disana dalam waktu yang cukup lama. Aku janji, setelah semua pekerjaanku selesai, aku akan kembali."

Jihoon menghempaskan tangan Jinyoung yang berada di pundaknya. Ia merasa kesal sekarang.

"Tidak bisakah kau bekerja disini saja ? Di sekitaran Seoul juga tidak apa-apa. Tapi kenapa harus ke Busan ?"

Jinyoung mengacak rambutnya, dan itu tandanya ia frustasi. Frustasi dengan sikap dan jalan pikiran kekasihnya ini.

"Jihoon-ah.."

"Kalau kau memang tidak bisa, ya sudah sana kau pergi. Aku tidak akan menghalangimu lagi."

Jihoon pergi meninggalkan Jinyoung menuju kamarnya, ya ini adalah apartemen Jihoon yang menjadi tempat percekcokan mereka.

Jinyoung membuang nafasnya kasar dan berat. Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan saat ini, sedangkan besok siang adalah jadwal keberangkatannya menuju Busan tetapi dia belum mempacking kebutuhannya selama disana. Sudah tidak ada waktu lagi baginya untuk merayu Jihoon yang keras kepala.

Jinyoung melihat pintu yang berada di depannya ini dengan pandangan sendu. Ia mulai mendekat ke arah pintu itu dan mulai memanggil seseorang yang berads di balik pintu itu.

"Jihoon-ah.."

Kepala Jinyoung menempel di daun pintu saat ini. Mencoba untuk menyalurkan perasaannya yang sedang kalut , walaupun itu mustahil.

"Jihoon-ah, aku tidak tahu apa yang ada dipikiranmu saat ini sehingga kau bersikap seperti ini. Aku bekerja untuk kita Jihoon-ah dan aku pasti akan kembali, ingat itu baik-baik dan aku harap kau mau mengerti. Maafkan aku, tetapi aku akan tetap berangkat walaupun kau tidak mengijinkannya."

Tanpa Jinyoung tahu, seseorang yang berada di balik pintu saat ini sedang berusaha menahan tangisannya.

"Jaga kesehatanmu, jangan sampai sakit. Istirahatlah yang cukup dan aku sudah membelikanmu vitamin, minumlah sebelum beraktivitas."

Jinyoung mengingatkan segala hal tentang kekasihnya apalagi dalam hal kesehatan, Jinyoung tak akan pernah lupa itu.

"Aku akan berangkat besok siang, aku akan menunggumu. Tapi aku juga tidak akan memaksamu untuk datang, itu terserah padamu."

Perlahan Jinyoung menjauhkan tubuhnya dari pintu bercat putih itu. Menatapnya seolah sedang menatap sang kekasih.

"Saranghae Park Jihoon. Aku pergi."

Just OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang