Colors

927 134 25
                                    

Jinyoung POV

Bel sekolah pun sudah berbunyi dan itu menandakan bahwa sekarang waktunya untuk pulang. Ku rapikan bukuku dan segera bergegas menuju kelas'nya'. Sudah tidak sabar aku ingin bertemu dengannya. Dan sepertinya hari ini aku akan mengajaknya untuk mampir ke kedai ayam kesukaannya dan mentraktirnya makan ayam sepuasnya.

Setelah semuanya rapi aku bergegas keluar kelas. Dan sepanjang aku berjalan di koridor, banyak sekali yang menyapaku tapi aku hanya diam, tidak menggubrisnya. Katakanlah aku dingin atau sombong, tapi sepertinya opsi yang kedua itu salah.

Bagi orang yang tidak mengenalku, mungkin berfikiran kalau aku ini sombong. Tetapi sebenarnya mereka salah. Aku tidak sombong hanya saja aku jarang bersosialisasi dengan banyak orang kecuali dengan orang-orang yang sedari dulu sudah dekat denganku. Dan aku mengakui kalau semisal mereka bilang kalau aku ini dingin.

Tetapi hanya ada satu orang yang menganggap diam dan acuhku sebagai topeng belaka. Dia selalu menganggap diamku itu adalah sesuatu yang bisa membuatnya menjadi bahan ejekan untukku. Kalian bertanya apakah aku marah ? tentu saja tidak. Aku malah sangat berterima kasih kepadanya karena aku bisa merasakan berbagai perasaan dan hanya dia yang bisa membuatku seperti orang gila.
Kini aku sudah berada di depan kelasnya, tidak jauh sebenarnya antara kelasku dan kelasnya yang terpisah empat kelas. Dan kini aku bisa melihatnya.

Kulihat dia sedang merapikan buku-bukunya, lalu memasukkannya ke dalam tas. Aku hampiri dia yang sepertinya sedang sibuk dengan handphone nya sampai ia tidak sadar kalau aku berada di sampingnya.
Aku memperhatikannya. Kulihat wajah manisnya sedang serius tetapi detik berikutnya wajah manis itu tersenyum. Dan itu membuatku tersenyum juga. Senyuman yang sangat jarang bahkan tidak pernah aku perlihatkan di tempat umum.

"yakk, kamcagiya !! Jinyoung-ahh kau mengagetkanku." Teriaknya saat ia melihatku berdiri tepat di sampingnya. Dan aku terkekeh melihat ekspresi terkejutnya itu. 'sungguh menggemaskan.'

"kau saja yang tidak peka kalau aku sedari tadi sudah disini." Balasku.

"benarkah ? mian aku tidak tau." Jawabnya. Lalu aku lihat ia kembali memasukkan handphonenya ke dalam saku dan ekspresinya kembali berubah seperti tidak terjadi apapun.

"ada apa?" tanyaku saat ia berdiri sambil memilin ujung baju seragamnya. Dan aku tau apa maksud dari memilin ujung baju itu. Itu tandanya ia sedang gugup atau takut.

Dia hanya menggelengkan kepalanya pelan tanpa menatapku. Tidak seperti biasanya dia begini. 'apa yang sebenarnya kau sembunyikan dariku, Jihoon-ah ?'

"eumm.. Jinyoung-ah.."

"kajja, aku akan men-" ku pegang tangannya yang sedang memilin ujung seragam itu dan menariknya sedikit bermaksud untuk mengajaknya untuk pulang bersama.
"mian Jinyoung-ah, sepertinya hari ini aku tidak bisa pulang bersamamu."

Bisa kurasakan tangan yang aku genggam saat ini, mulai menarik diri , melepaskan tautan tanganku secara sepihak. Ku tolehkan kepalaku ke arah tangan kananku yang beru saja aku gunakan untuk menggenggam tangannya lalu menghadap Jihoon yang menunduk dan kembali memilin ujung seragamnya.

Saat diriku kembali melihat wajahnya , aku kembali melihat tangan kananku yang sekarang entah mengapa terasa sangat kosong dan dingin, tidak seperti biasanya yang pas dan hangat.

Belum sempat aku bertanya, aku mendengar seseorang memanggil namanya dari depan pintu kelas. "Jihoon-ah."

Ku tolehkan kepalaku dan aku menemukan sosok lain yang berdiri disana, Lai Guanllin.

Aku mengenalnya. Dia teman satu kelasku. Dan dia juga salah satu siswa yang banyak memiliki penggemar disini. Tetapi tetap saja aku tidak akrab dengannya, hanya beberapa kali bertegur sapa dan berbicara jika aku dan dia berada dalam satu kelompok.

Just OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang