Perfect

1.1K 153 22
                                    

Hari ini Jihoon berencana mengajak Jinyoung, kekasihnya untuk pergi ke suatu tempat atau lebih tepatnya 'kencan'.

Sudah lama sekali sejak kencan terakhir mereka pada liburan musim panas kemarin. Dan Jihoon ingin sekali melakukan kencan itu kembali di musim dingin kali ini.

Karena ia tahu pekerjaan sang kekasih yang membuatnya harus bersabar untuk bisa meluangkan waktu untuknya bukan untuk orang lain yang selalu ditemui sang kekasih.

Dokter, itulah pekerjaan Jinyoung. Sudah dua tahun Jinyoung menyandang gelar dokter di depan namanya. Jihoon tahu kalau itu adalah cita-cita Jinyoung sejak kecil. Karena sudah sedari kecil mereka (Jihoon dan Jinyoung) berteman dan sekarang menjadi sepasang kekasih selama delapan tahun.

Delapan tahun sejak masa akhir senior high school sampai keduanya sudah bekerja sekarang.

Jihoon sedang bersiap-siap sekarang. Ia sudah rapi dengan gaya pakaian casual favoritnya dan jaket tebal yang membantunya menghalau udara dingin. Ia mengecek jam yang sekarang sudah menunjukkan pukul 18.00 KST itu tandanya masih ada satu jam lagi Jinyoung akan menjemputnya.

Bultoeureune fire~

Dering handphone Jihoon membuyarkan kegiatannya merapikan rambut. Lalu dengan cepat ia menyambar handphone yang berada di atas ranjangnya dan melihat nama sang kekasih terpampang di layarnya.

Jihoon tersenyum mendapat panggilan dari sang kekasih. Dan ia akan menanyakan apakah sang kekasih sudah atau belum.

"Ne, yoboseyo."

"Jadi hari ini tidak bisa ?"

"Eum, arraseo." Senyum Jihoon memudar.

"Gwenchana, aku mengerti. Jagalah kesehatan, jangan sampai sakit. Kalau kau sakit, bagaimana dengan pasienmu nanti, arrachi ?"

"Eoh, selamat bekerja."

"Nado."

Jihoon menundukkan pantatnya ke ranjangnya dengan kasar. Bahkan tubuhnya sekarang sudah terbaring lemas di atas ranjangnya.

Lagi-lagi seperti ini. Batin Jihoon.

Inilah resiko yang ia hadapi selama dua tahun belakangan. Kencan yang tiba-tiba batal atau bahkan tidak bisa bertemu dengan leluasa seperti dulu.

Jihoon menghembuskan nafas berat. Ia tak tahu harus melakukan apa setelah ini. Semua yang ia siapkan untuk kencan hari ini, menjadi sia-sia.

"Arrgghh, aku tidur saja kalau begitu."

Jihoon memutar tubuhnya dan mulai memejamkan matanya tanpa melepas pakaian dan jaketnya. Karena ia terlalu malas untuk sekedar melepas persiapannya tadi.
.
.
.
Dua minggu berlalu sejak kejadian pembatalan kencan mereka. Hari ini Jihoon sedang melakukan pekerjaannya di kamarnya. Karena pekerjaannya yang mengharuskannya menyelesaikannya di rumah, membuat Jihoon mau tak mau harus duduk berjam-jam di depan laptopnya.

"Akhirnya selesai juga."

Jihoon merengangkan tubuhnya. Ia melihat jam yang menunjukkan pukul 20.00 KST. Tak terasa sudah lima jam ia berhadapan dengan layar sedang bersinar yang berada di depannya.

Lalu ia mengambil handphone yang berada di samping laptopnya. Jihoon mengerucutkan bibirnya karena tidak ada satu notif pun dari Jinyoung.

"Aisshh kemana dia ? Apa hari ini pasiennya banyak sampai tidak bisa menghubungiku ? Hhhhh."

Jihoon meletakkan kembali handphonenya dan mulai berjalan keluar kamarnya sepertinya ia butuh nutrisi untuk otaknya karena sedari tadi ia belum makan.

Just OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang