The Way You Look At Me

770 99 21
                                    

Jinyoung sedang menyeka keringatnya, ia baru saja berlari selama lima putaran karena ada jadwal olah raga yang harus ia ikuti dan Kang saem sebagai olah raganya menuntut agar semua muridnya bisa menyelesaikan lima putaran tanpa henti. Jinyoung tergeletak di padang rumput hijau di tengah lapangan. Nafasnya terengah-engah dan ia butuh air.

Tak lama kemudian kepalanya ia tolehkan ke arah kanan dan manik mata coklat Jinyoung melihat seseorang yang selama ini menjadi sahabat terbaiknya atau mungkin lebih dari itu. Seseorang yang selama ini selalu ada di sisinya. Seseorang yang selama ini selalu peduli padanya. Seseorang yang selama ini selalu perhatian padanya. Seseorang yang selama ini menghangatkan hatinya. Seseorang yang selama ini melengkapi hidupnya. Seseorang yang selama ini selalu menatapnya dengan tatapan yang begitu menghanyutkan. Seseorang yang selama ini selalu tersenyum manis padanya.

Orang itu adalah.. Park Jihoon.

Jihoon berjalan mendekat ke arah rumput hijau yang ditiduri oleh Jinyoung. dan Jihoon juga menatap seseorang sedang menatapnya, dan seketika itu juga tatapan mata mereka bertemu. Jihoon menatap Jinyoung dengan mata hitam nan indahnya. Jinyoung balik menatapnya. Seolah mencari sesuatu di dalam mata indah milik seorang Park jihoon. Entahlah, ia sendiri tidak tahu apa yang dia cari dalam mata coklat itu. Mata indah yang terlihat selalu berbinar ketika menatapnya.

Mereka saling tatap dalam diam. Tatapan yang begitu membisu dan membius meskipun jarak mereka yang masih tidak bisa dibilang dekat karena Jihoon yang sedang berjalan dan Jinyoung yang sedang duduk di tengah lapangan. Jinyoung tidak ingin menolehkan kepalanya sebelum dia mendapatkan apa yang dia inginkan. Ia seperti menunggu sesuatu dari Jihoon.

Seulas senyum terlihat di bibir plum Jihoon. Senyum manis yang selama ini selalu Jinyoung tunjukkan hanya pada Jinyoung seorang. Yah.. setidaknya Jinyoung merasa seperti itu.

Jinyoung membalas senyuman itu, dan tak lama kemudian Jihoon sudah ikut duduk di lapangan bersama Jinyoung. Jihoon memberikan sebotol minuman dingin untuk Jinyoung dan langsung diterima dengan senang hati oleh Jinyoung. Jinyoung meneguknya dengan rakus karena efek berlari tadi dan ia merasa senang karena Jihoon datang dengan sesuatu yang sangat diinginkan Jinyoung tanpa Jinyoung minta.

Tidak pernah terpikirkan sedikitpun oleh Jinyoung bahwa dirinya sangat menyukai tatapan dan senyuman Jihoon. Tatapan yang selalu membuatnya merasa sangat spesial. Senyuman yang selalu membuatnya merasa ringan. Seperti benda tanpa gravitasi. Dan ia tahu.. Jihoon adalah segalanya bagi Jinyoung.

Mungkin ini terdengar sedikit gila. Gila, tapi cukup nyata untuk bisa dipercayai. Mereka bilang, orang berpikir dengan logika. Tapi, apa yang akan terjadi jika seseorang berpikir dengan perasaan?

Jinyoung berdecak pelan ketika memikirkan hal itu. Ya, mungkin ini hal yang cukup gila –bukan.. bahkan ini terdengar sangat gila. Mereka benar, orang yang berpikir dengan perasaan adalah orang yang sedang jatuh cinta. Cinta yang tak berlogika dan membuat seseorang menjadi gila karenanya. Gila karena cinta.

Klasik.

Klise.

Mainstream.

Perasaan Jinyoung begitu berbunga-bunga ketika menyadari bahwa dia mencintai Park Jihoon melebihi dari yang ia tahu. Seseorang yang selama ini menjadi potongan puzzle yang benar-benar melengkapi hidupnya. Mungkin memang gila.. tapi biarkan kegilaan cinta itu membuat Jinyoung merasa hidup.

Manik mata Jinyoung melirik ke depannya ketika melihat laki-laki imut dan manis berambut coklat itu duduk di hadapannya. Mereka hanya terpisahkan oleh sebuah meja yang ada di perpustakaan. Ya mereka berdua berada di perpustakaan sekarang setelah pelajaran pada jam ini ditiadakan oleh guru dan Jihoon memutuskan untuk mengajak Jinyoung pergi ke perpustakaan dan Jinyoung mengiyakan ajakan Jihoon.

Just OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang