Love Letter

756 109 30
                                    

terlihat dua orang namja tengah berdiri di salah satu koridor kelas dan tampaknya mereka sedang beradu argumen. terlihat jelas yang namja lebih pendek tengah memohon kepada  yang lebih tinggi tetapi namja yang lebih tinggi itu tidak terpengaruh sama sekali dan tetap pada pendiriannya.

"Seong Woo hyung~, kenapa harus aku yang melakukannya?" rengek Jihoon.

"Terima saja! Kau kan sudah kalah taruhan dariku!" sinis Seong Woo seraya meletakkan surat kecil berwarna baby pink itu ke tangan mungil Jihoon.

"Ish! aku tidak mau hyung," rengek Jihoon.

"Kau mau mengantarkan suratnya atau menjadi budakku selama satu bulan?"

"Aish, baiklah! kuantar"

Dengan kasar , Jihoon mengambil surat berwarna pink itu dan berjalan sambil menghentakkan kakinya kesal.

'aduh bagaimana ini ? ya tuhan bantu hambamu ini.'
.
.
.
Seorang pemuda bertubuh mungil dan sedikit bantet itu tengah melangkah melewati koridor kelas dengan wajah kebingungan. Bibir plum merah seperti cherry miliknya itu tak berhenti mengucapkan doa. otaknya mulai berkeliaran kemana-mana. Di tangan kanannya menggenggam sepucuk surat berwarna baby pink yang terbungkus rapi. Mata cantik itu sesekali tampak melirik ke area sekitarnya yang cukup ramai karna ini memang jam istirahat untuk para penghuni Seoul of Performing Art School.

Langkahnya terhenti saat sosok yang sedari tadi dicarinya tengah berada di balkon atas lantai dua, sibuk bercanda bersama temannya. Dia menarik nafas lalu buang, begitu seterusnya berusaha untui menetralkan detakan jantungnya.

Beberapa siswa yang dilewatinya sengaja menghentikan aktifitas mereka hanya sekedar untuk menyapanya dan hanya dibalas oleh senyuman seadanya dari pemuda itu.

Ck! Siapa yang tak kenal dengan Park Jihoon? Pemuda manis yang menjadi ketua dari Dance club di sekolah ini memang tak diragukan popularitasnya. Jangan terkecoh dengan tampang polos dan perawakan tubuhnya yang mungil itu. Nyatanya, Jihoon sudah berpuluh-puluh kali memimpin club sekolahnya itu untuk bertanding melawan club dari sekolah lain yang menantangnya dalam ajang perlombaan dance antar sekolah bahkan sampai antar club. Apalagi ketua mereka yang dipandang remeh karna wajahnya yang terlalu cantik dan badannya yang terlihat lemah untuk ukuran seorang pria.
.
.
.
setelah dirasanya aman, Jihoon kembali melanjutkan langkahnya. dan akhirnya ia berhenti beberapa meter dari targetnya. dengan sekali tarikan nafas, Jihoon memanggil nama yang menjadi bahan taruhannya dengan Seong Woo

"Bae Jinyoung-ssi."

Laki-laki bernama Jinyoung itu sontak menghentikan obrolannya dengan Guanlin dan menoleh ke sumber suara. Di dapatinya seorang namja dengan wajah terlalu manis berdiri 3 meter di hadapannya. Pemuda bertubuh tinggi itu mengernyitkan alisnya, heran dengan kedatangan Jihoon yang tiba-tiba saja memanggilnya, mengingat sebelum-sebelum ini mereka tak pernah bertegur sapa satu sama lain.

Jihoon melangkah perlahan, dadanya yang rata itu sedikit membusung dan punggungnya jadi lebih tegak. Entahlah, melihat pria bermarga Bae dari jarak dekat ternyata membuat kepercayaan diri Jihoon sedikit surut. Lihat saja tubuh namja yang sedang menatapnya sekarang , sangat proposional. Kembar manik tajam kelamnya tersorot dingin, terbingkai sempurna dengan alis tebalnya yang menukik tajam. Hidung yang terpahat sempurna, kulit wajah bersih tanpa cacat, dan ugh! Apel merah yang baru saja berucap "Ya?"

sial! Sadar Jihoon! kau pasti bisa!

Tak ada yang tau bahwa sedari tadi Jihoon menahan nafas di setiap langkahnya. Ototnya terasa lemas dan tenggorokannya tercekat. Semakin mendekat, sosok di hadapannya yang berdiri dengan kedua tangan menyusup di sela saku celananya semakin tampak sempurna. Tubuh tinggi, tegap sempurna dengan rambut hitamnya yang terlihat sedikit acak-acakan membingkai paras tampannya. Membuat Jihoon tanpa sadar menelan salivanya karna merasa penampilan pemuda di hadapannya itu terlihat tampan dan sangat tampan sampai Jihoon tidak bisa berkata-kata.

Just OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang