Chapter 18

9.1K 1.2K 52
                                    

Hargai penulis jika ingin cepat di revisi hehehe 😂




Mata Sena berbinar saat melihat dua keponakan kembarnya menanti mereka di halaman rumah yang cukup dibilang luas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata Sena berbinar saat melihat dua keponakan kembarnya menanti mereka di halaman rumah yang cukup dibilang luas. Mungkin kebanyakan orang akan menganggap keluarga itu sangat lengkap dan serasi. Tapi menurut Sohee, keluarganya belum lengkap kecuali jika Sena memiliki bayi dan memberinya keponakam hasil buatan Daniel dan Sena. Ia menanti Baby Kang.

Sungha berlarian pada Daniel dan meminta gendong, "Paman, tadi aku dapat nilai A+, kata Ibu kau tidak pernah dapat nilai sepertiku, kan? Nilaimu C selalu." anak itu langsung menyodorkan emosi Daniel.

Jangan ditanya jika Paman dan keponakan itu sudah bersatu, ibarat Tom and Jerry mereka tidak bisa akur. Beda halnya dengan Sunghe yang adem ayem.

Lantas Daniel langsung membekap mulut panjang Sungha agar anak nakak itu tidak mengejek nilai emas dirinya semasa TK. Daniel melirik ke samping, dilihatnya Sena tengah menggendong Sunghe dengan sayang. Tapi tangan kecil Sungha malah membuat wajah Daniel kembali menatap wajah telisik anak itu, "Paman cemburu yee?" tudingnya.

"Sunghe, turun. Kau sadar tidak Kudaniel kita ini cemburu melihatmu dan Bibi Sena seperti itu," ucap Sungha pada adiknya, Sunghe.

Bibi Sena mereka membulatkan mata sembari tersenyum jahil, "benarkah? Paman Daniel cemburu?" tanyanya memandang Sungha dalam gendongan Daniel.

Sungha mengangguk dengan polosnya.

Sena tersenyum dan menciumi Sunghe bertubi-tubi. Sadarkah Sena anak bungu Sungwoon ini malah memerah malu karena Bibinya menciumnya seperti orang kesetanan.

"Hei! Hei! Hei! Kenapa pipimu merah begitu? Sifat kalian nurun Ayah kalian ternyata," todong Daniel menurunkan Sungha.

Si cerewet Sungha hanya melengos saat Pamannya menurunkannya. Sungwoon datang dari pintu belakang sembari membawa daging yang ia masukkan kulkas tadi, "apa maksudmu bilang begitu?"

Sena tersenyum dan Sohee hanya terkekeh, "sudah turun. Nanti Bibi kalian capek," ucap Sohee memandang Sunghe.

Sena memanyunkan mulutnya, "Ah, aku masih merindukan Sunghe, emm, Cium Bibi."

"Hei!" panik Daniel menarik Sunghe untuk turun dari tubuh Istrinya, "kalau mau cium, cari istri kalian, paham?"

Si kembar polos itu mengangguk kemudian memandang Ibunya seolah memohon untuk dicarikan Istri. Ya tuhan, ampuni Paman Daniel mereka.

"DANIEL," bentak Sohee, "kau tularkan apa pada anakku yang polos ini. Cukup Ayahnya saja yang kau tularkan. Dasar." Sohee menarik anaknya untuk segera duduk di bangku mereka.

Sena memukul lengan Daniel kesal. "Apa yang kau bicarakan? Mereka masih anak-anak." lalu meninggalkan Daniel yang terkekeh-kekeh.

Tahukah kalian seperti apa wajah Daniel ketika seperti itu? Sangat jenaka.

Kang DanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang