Chapter 38

6.4K 1K 89
                                    

Dengarkan lagu dan hayati dengan hati 😘😘





Kang Daniel duduk di sofa yang terletak di dalam kamar dirinya dan Sena

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kang Daniel duduk di sofa yang terletak di dalam kamar dirinya dan Sena. Ia memandang jendela yang gelap dengan suasana malam yang mulai dingin. Ia diam, ia beku dan ia sendiri. Disini hanya dirinya dan nyawanya saja yang tersisa. Jati dirinya hilang, semuanya hilang. Daniel nampak murung, ia juga kurang tidur dan begitu lemah untuk hanya sekedar berjalan.

Titik fokusnya hanya pada layar ponsel, ia masih berusaha menghubungi Sena dan Sungwoo. Ia juga menyewa beberapa orang hebat untuk mencari jejak Sena, tapi nihil. Semua orang yang ia kerahkan tidak bisa mendapatkan data kemana Sena pergi. Kertas pencarian juga sudah Daniel sebarkan di beberapa kota, hingga sepertinya mencari Sena hanya sia-sia.

Pekerjaannya terbengkalai, ia bener-benar jatuh. Untung ada Sungwoon yang bisa mengambil alih perusahaan keluarga mereka selagi Daniel tidak bisa diandalkan.

Bibi Bae dan Paman Bae kecewa dengan kelakuan Daniel, dua orang itu tidak percaya dengan cara Daniel. Ingatkah dulu, Paman Bae selalu memperlakukan Sena dengan kejam sebagai budak yang hanya bisa menghasilkan uang. Kini ia sudah menganggap Sena sebagai putrinya, Jinyoung tidak bisa memaafkan Ayahnya dengan mudah. Sulit, Ayahnya terlalu jahat pada adik kandungnya sendiri dan bahkan keponakannya.

Sesungguhnya, ia bukan menikahkan Sena untuk menjualnya. Ini sudah jadi ketentuan keluarga. Mengenai Ibu Sena, ia menikahkan Ibu Sena dengan seorang Duda karena, agar adik perempuannya itu bahagia untuk melupakan masalalunya.

Daniel mengakui kesalahannya, tapi ia sama sekali tidak bisa menerima kepergian Sena dengan cepat. "Cukup! Tolong! Jangan menyiksa dirimu, Daniel." Itulah yang sering mereka katakan untuk Daniel.

Daniel kini memandang tiga benda berbeda di tangannya. Ada gambar Sena, hasil USG anaknya dan surat cerai yang sudah tidak berbentuk lagi. Ia tidak bisa menandatanganinya, ia masih sangat menyayangi dan mencintai wanitanya.

Tapi Sena, bisakah ia kembali? Bisakah ia menemui Daniel, hanya dalam hitungan menit saja. Daniel ingin membicarakan soal hatinya. Ia korban juga di sini, pikirannya menginginkan makhluk kecil, tapi hatinya hanya menginginkan Sena.

Mata sembab yang rindu dengan sosok itu kembali basah oleh air mata. Daniel bisa melihat dari biasan kaca jendela, ia melihat Sena menyentuh bahunya sembari tersenyum.

"Jangan melepasku demi orang lain. Bisakan?"  Janji itu, Daniel melupakanya. Sena lenyap dari halusinasinya.

Ia kembali mengingat kejadian besar yang terjadi di rumah sakit beberapa minggu lalu. Ia tidak bisa menggapai Sena, memegang pipinya yang merah karena sikap kasar Daniel.

"Daniel, bisa Ibu bicara?" Ibunya masuk kedalam kamar mereka atau bisa dibilang kamar Daniel.

Daniel menghapus air matanya, "kau tidak makan lagi? Jangan kekanakan, setidaknya isi perutmu dengan satu suapan saja."

Kang DanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang