SUDAH TERBIT DENGAN JUDUL THE POSSESSIVE HUSBAND.
[Private] • [Complete]
Isi : Prologue - Chapter (1-49) - Epilogue.
Kang Daniel dan Park Sena harus menjalani kewajiban dengan cara menikah. Namun siapa sangka ternyata Park Sena dibeli oleh keluarga...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari beranjak Sore dan gadis kecil Kim ini masih ingin mengajak Sungwoo ataupun Sena untuk mendatangi makam Sora. Sungwoo masih setia menggendong Jaera sedang Sena tengah menggenggam tangan Jaera. Gadis Kim ini masih menunjuk letak makam sang Ibu.
Disana, Sena nampak berdebar. Sudah berapa tahun mereka tidak berjumpa dan disaat bertemu, mereka malah berada di dunia yang berbeda. Sena malu, ia begitu marah pada Sora padahal gadis Kwon itu benar-benar berada dalam masa sulit. Pasti sulit bagi Sora, tinggal bersama Jaehwan yang mencintai Sena dan menjalani penyakit yang membuatnya seperti ini. Bukan itu saja, Sora tidak memberitau tentang penyakitnya yang berbahaya itu, ia seharusnya tidak diperbolehkan hamil. Hanya saja karena dokter terlambat memberitau, jadi dia membesarkan Jaera kecil dalam rahimnya secara diam-diam tentang penyakitnya.
Sena tau, ia tau dari Jaehwan.
Setelah sampai di gundukan rerumputan hijau bersih dengan batu kotak bertulis nama dan foto bulat di sana. Sena memandang wajah Sora yang tidak berubah, Sora masih tetap sama. Bahkan Sena bersyukur melihat Jaera yang begitu mirip dengan Sora.
Jaera duduk di sisi kuburan, memegang batu itu sembari tersenyum lalu melihat Sena yang sudah berlinang air mata, "oh, Mama. Jangan menangis, kata Ayah jangan pernah menangis di depan Ibu Sora kami," panik Jaera.
Sungwoo hanya menatap miris ke arah dua malaikat itu. Baru saja tadi mereka tertawa bahagia karena wahana permainan. Perlahan tangan Sungwoo mulai mengelus punggung Sena. Sedang Jaera menghapus air mata itu dengan jari mungilnya.
Jaera kembali memandang batu atau lebih tepat foto kecil disana, "Ma, Ayah bilang Ibu, Mama Sena dan Ayah bersahabat, kan? Sekarang Jaera bawakan Mama Sena."
Tidak heran Jaera tau tentang persahabatan Sena, Sora dan Jaehwan. Secara terang-terangan Jaehwan bicara, hanya saja tentang perasaan ketiga belah pihak, ia tidak akan membicarakannya.
"Oh. Maafkan Jaera manggil Mama Sena dengan nama Mama juga. Tapi Jaera senang. Jaera punya dua Ibu dan dua Ayah. Maaf juga karena Jaera dan Ayah tidak datang menemui Ibu itu karena Ayah-" Jaera masih sibuk bicara dengan batu Ibunya. Sadarkah itu membuat luka tersendiri untuk Sena.
Sena berdiri, ia terus menyeka air matanya. Tidak tahan melihat Sena menangis, Sungwoo memeluk wanita Kang itu dengan erat. Tidak perduli apa yang akan dikatakan Sena setelah mendengar detak jantungnya. Tapi semakin Sungwoo memeluk, maka Sena semakin bergetar dan menangis dalam diam. Jaera masih fokus bercerita pada batu Ibunya sampai tidak sadar jika Ibu angkatnya yang lain menangis.
Sungwoo melepas pelukan itu dan berlanjut mengusap pelan punggung wanita itu, "sudah," lirihnya.
Tidak dalam waktu lama, seorang lelaki dengan tas gitar bergantung di belakang tubuh dan sebuket bunga di tangannya memandang ketiga orang itu, termasuk anaknya. Lelaki Kim itu berjalan santai dan kemudian berjongkok tepat disisi lain anaknya, "Ayah? Jaera kira Ayah masih banyak kerjaan."
Jaera kecil masih berceloteh, "kau lupa bunganya, eoh? Kalau ke makam Ibu jangan lupa ajak Ayah. Kau lihat, siapa yang menangis di belakangmu?" Jaehwan meletak buket bunga itu di batu Sora.
Jaera berdiri kemudian memeluk kaki jenjang Sena sembari berkata, "Mama jangan memangis. Jaera kan sudah bilang Ayah akan sedikit marah kalau Mama nangis," kata Jaera.
"Emm.. Maafkan Mama," balas Sena terisak-isak. Sena memeluk anak kecil Sora itu dengan sayang sembari menggerakkan bibir, "Mama tidak nangis."
Sungwoo lagi-lagi mengusap punggung Sena. Jaehwan menghela nafasnya, mengerjapkan matanya agar sang air tidak keluar dari sana. Memandang Sena dan Jaera saja sudah membuat hatinya ngilu. Sena maupun Sora memang sosok malaikat yang diturunkan Tuhan diantaranya dan setelah perginya Sora, Sosok kecil Sora datang untuk melengkapi hidup Jaehwan.
Ngilu, ini sangat ngilu jika Jaehwan melihatnya terus menerus.
"Sungwoo?" Jaehwan memanggil Sungwoo yang fokus memandang Sena dan Jaera, "biar aku yang mengantar mereka. Terima kasih sudah menemani mereka."
Sungwoo tersenyum kemudian mengangguk pada Jaehwan. Mereka sudah akrab karena tabrakan kecil dari Sungwoo waktu itu dan panggilan ke pernikahan Daniel-Sena. Dari sana mereka dekat dan kenal satu sama lain.
Sena berdiri sembari menyeka air matanya, setelah itu Jaehwan meraih tangan Sena dan Jaera di kanan dan kiri. Membawa dua malaikat itu untuk pulang. Dan meninggalkan Sungwoo yang diam di posisi berdiri samping makam Sora. Tak lama Sungwoo tersenyum memandang batu Sora, "aku tidak mengenalmu. Tapi terima kasih sudah menjadi teman Sena dan memberikan hadiah Jaera dikehidupan Sena. Karena kau, Sena bisa tersenyum berkat Jaera. Aku tidak bisa memikirkan lagi jika Jaera tidak ada bersama Sena ..."
"... kau tau bagaimana rapuhnya sahabatmu itu? Sena kehilangan semuanya, aku merasakannya. Ini karena Daniel dan Yoonji, aku sangat membenci mereka. Tapi aku sadar berada dibatas apa aku saat ini, aku sadar jika bahkan perasaan cintaku sudah sangat jauh untuk Sena,"
"Kau tanya? Yap, aku mencintai Sena. Sangat dan teramat sangat mencintai Sena. Aku tidak akan lupa kebaikan Sena semasa aku satu sekolah bersamanya. Dia anak yang baik dan berhati lembut. Kau pasti menilai sama denganku." Sungwoo menyeka air matanya.
"Tapi, tenang saja. Cintaku tidak serakah, Aku akan membuka tanganku untuk Sena jika Sena menginginkannya. Tapi jika tidak ..."
"... Itu bukan masalah. Aku bahagia jika dia bahagia." Setelah itu Sungwoo pergi dari pemakaman sendiri.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.