Chapter 40

6.1K 1K 135
                                    

Para pengisi ruang operasi tengah sibuk membersihkan beling kaca yang menancap pada tubuh pria Kang ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Para pengisi ruang operasi tengah sibuk membersihkan beling kaca yang menancap pada tubuh pria Kang ini. Kepalanya terluka dan dia benar-benar berada di ambang antara hidup dan mati.

"Dok, detak jantungnya melemah," teriak keras seorang perawat wanita yang fokus melihat layar detak jantung.

Suara benda berlayar itu terus memberi tanda-tanda nada panjang dan terputus sedikit demi sedikit.

Dan kini suasana ruangan gelap dengan hanya penerangan kecil yang terarah pada pasien mereka. Ada kemungkinan kecil pria Kang itu selamat dan hidup dari penderitaannya.

"Tolong, siapkan defibrilator," ucap kencang dokter bermarga Hwang itu.

Semua yang ada di ruang operasi langsung menyiapkan peralatan lengkap mereka. Tidak terkecuali istri Minhyun yang ikut menangani keadaan pria yang tengah berbaring ini. Hwang Jihyun tau, amat tau jika pasangan Kang itu sangat menanti seorang anak. Dia yang menangani Kang Sena hingga wanita itu bisa hamil.

"Siap?" Minhyun memandang teman team bedahnya, menggosok benda silver itu.

Semua mengangguk beserta Jihyun, sang istri.

"200 Joule, All clear?"

"Clear," sentak para pekerja kesehatan itu.

Dokter Minhyun menempelkan alat bertenaga listrik itu pada dada bidang pasiennya.

Tubuh pria Kang itu terangkat naik bersamaan dangan terangkatnya benda bertenaga listrik itu. Namun, detak jantungnya malah semakin menurun, "250 Joule, All clear?"

"Clear," sentak mereka kembali.

Bunyi benda layar pencatat jantung itu tidak seperti ada tanda kehidupan. Suara panjang yang nyaring dan berhasil membuat semua pekerja itu terdiam dalam kegagalan.

Jihyun bergemetaran saat melihat kondisi suami temannya semakin parah. Dia bukan dokter seperti Minhyun, dia hanya dokter kandungan yang sekarang berguna sebagai perawat cadangan saja.

"Waktu kematian pukul lima lewat dua belas menit, dini hari," lemah Minhyun melihat jam dinding yang ada di dinding ruangan bernuansa putih ini, "buka semua alat di tubuhnya. Aku akan bicara dengan keluarganya diluar."

Jihyun terdiam, apa yang akan ia katakan pada Sena yang tengah hamil. Ini pasti memilukan baginya. Minhyun mengelus lengan atas istrinya, ia tau Jihyun dan Sena berteman sejak Sena datang untuk melakukan proses kehamilan yang ia tidak paham. Miris memang, tapi apa boleh buat? Nyawa tidak bisa diselamatkan Dokter, hanya tuhan yang berhak atas nyawa seseorang.

Minhyun mulai melepas peralatan operasi di tubuhnya, membuka masker dan baju operasi berwarna hijau ini dengan pelan.

Awan biru serta rerumputan yang begitu lebat menyentuh jemari kaki telanjang Daniel. Sebuah tangan menyentuh bahunya, ada tiga tangan berbeda menyentuh dirinya dari arah belakang.

Kang DanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang