Dengarkan lagu melow.
Deg!
Deg!
Deg!
Jantungnya berdetak setelah sampai di Daegu dan sekarang ia sudah berdiri di depan panti asuhan. Ia sedikit berlari kecil lalu mendapati Guanlin dengan baju sekolah lengkap dengan map yang ia bawa.
"Guanlin?" panggil Daniel.
"Oh, ya ampun hyung. Kau datang? Baru saja Sungwoo hyung pergi dengan istrinya," ujar Guanlin dengan senyum yang begitu senang.
"Istri? Apa maksudmu?" tanya Daniel memandang terkejut ke arah Guanlin.
Guanlin semakin bingung melihat raut wajah terkejut Daniel, "i-iya, Ong Hani. Masa iya kau tidak tau, hyung?"
Daniel mengeluarkan ponselnya kemudian memperlihatkan gambar dirinya dan Sena yang tengah berpelukan dihari pernikahan mereka, "i-ini?"
Daniel gemetaran. Guanlin mengerutkan alis dan memandang bingung melihat Daniel dan gambar dalam ponsel itu, "itu Hani Noona."
"Itu Sena. Kang Sena. Dia istriku. Sekarang mereka kemana?" tanya Daniel mencengkram lengan kurus Guanlin.
"A-aku tidak tau, Hyung. Sungwoo hyung tidak bicara padaku soal kemana ia pergi," jelas Guanlin terbata-bata, "tapi mereka menitip ini padaku."
Guanlin menyodorkan map biru itu pada Daniel. Pria Kang itu langsung merebutnya kasar dan membuka isi map itu dengan tangan gemetar dan terburu-buru.
Deg!
Betapa terkejutnya ia setelah membaca surat perceraian itu. Ia memandang surat itu cukup lama sembari mengeluarkan air mata kembali. Dilihatnya tanda tangan Sena yang memang tertulis asli dari tangan Sena. Ia memandang tanda tangan itu cukup lama dengan air mata yang mengalir deras di kelopak matanya.
"Hyung, kau baik-baik saja?" tanya Guanlin.
Daniel menggeleng keras sembari menunduk dan sedikit memeras kertas itu di dadanya. Ia tidak percaya jika Sena benar-benar meninggalkannya. Ini semua salah keegoisannya. Andai saja ia tidak memperlakukan Sena seperti orang asing, mungkin Sena tidak akan meninggalkannya seperti ini.
"Ponsel. Berapa nomor ponsel Sungwoo? Atau Sena?" tanya Daniel setelah memandang Guanlin kembali.
Guanlin mengeluarkan ponselnya dan menunjukan nomor ponsel Sungwoo pada Daniel. Tapi, Daniel menolak karena nomor itu sama sekali tidak aktif, "nomor yang baru. Berapa nomornya?"
"Hyung, aku tidak tau masalah kalian. Tapi, yang sedikit aku tau, Ia dan istrinya akan menuju bandara." Guanlin mengelus bahu Daniel yang bergetar karena tangis.
Daniel mengangkat kepalanya, ia kembali berlari meninggalkan panti untuk pergi ke bandara. Semoga saja ia menemukan Sena disana.
Sena sudah duduk di dalam pesawat, tentu bersama Sungwoo di sampingnya. Ia tidak bergemih, hanya memandang ke bawah untuk mengalihkan wajah sedih itu."Sena," panggil Sungwoo.
Sena menoleh ke sisi dimana Sungwoo duduk. Ia memandang Sungwoo dengan senyum yang sama-sama mereka keluarkan. Sungwoo menyentuh punggung tangan Sena dan memberinya semangat yang luar biasa, agar wanita itu lebih kuat dari sebelumnya.
Tidak ada pembicaraan istimewa selain hanya rasa resah yang tercetak jelas di hati mereka. Sulit, sebenarnya Sungwoo merasa tidak senang jika Sena berada di keterpurukan seperti saat ini. Dan ia merasa amat bersalah setelah ini, niat egoisnya sirna melihat bagaimana Sena berusaha tegar walau Sungwoo tau perasaan sedih masih menyelimutinya.
"Seharusnya kau tidak seperti ini," ujar Sungwoo.
Sena menunduk, menangis dan terisak, "jika- jika aku kembali. Apa semua akan kembali seperti semula? Tidak, kan?"
Sungwoo memeluk Sena dari samping, ia tidak ingin Sena terluka. Jika memang ini jalannya, ia akan mengikuti kemana Sena pergi. Wanita itu sendiri dan kehilangan arah untuk pergi.
Daniel berlari di sekitar bandara, dicarinya Sena diruang tunggu dan berbagai macam tempat. Ia tidak menemukan Sena. Dimana Sena? Ia berlari masuk disalah satu pintu, tapi dirinya ditahan oleh petugas disana.
Ia dilarang masuk karena tidak memiliki Ticket bahkan izin yang baik. Ia mendesak para petugas tapi nihil, hasilnya tidak ada.
Ia kembali pergi. Melihat papan informasi dan menangis dalam diam. Hatinya remuk dan hancur secara bersamaan. Ia benar-benar kehilangan arah sekarang. Di hubunginya Sungwoo atau Sena, ponsel mereka sama-sama tidak aktif. Daniel duduk di kursi tunggu, dilihatnya kembali map perceraian itu lalu menangis kembali.
"Kenapa kau setega itu denganku, Sena?" gumamnya.
Daniel berdiri, hendak pergi dan memang akan segera pergi dari bandara ini. Ia merasa sedih dengan tamparan ini, baginya secara tidak langsung Sena sudah menusuk duri di hatinya.
Ia keluar dengan rasa lesu yang menyerang ulu hatinya. Perih dan sakit, tidak ada yang bisa mengobatinya.
Yah, pendek ya? Maafkeun.Aku gak pinter nulis gaes, jadi maaf kalo bagian ini dikit. Karena ini spesial Chapter.
Ayooo.. Keluarkan unek-uneknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kang Daniel
FanfictionSUDAH TERBIT DENGAN JUDUL THE POSSESSIVE HUSBAND. [Private] • [Complete] Isi : Prologue - Chapter (1-49) - Epilogue. Kang Daniel dan Park Sena harus menjalani kewajiban dengan cara menikah. Namun siapa sangka ternyata Park Sena dibeli oleh keluarga...