Bab 1 Wasiat

69.4K 1.8K 21
                                    

Siang itu merupakan siang yang indah. Tidak terlalu terik, langit biru bersih dengan hamparan awan putih selembut kapas. Tapi siang itu berbanding terbalik dengan dia. Dia, seorang anak perempuan kecil dengan rambut hitam lurus dengan ikal diujungnya, dan poni lurus ke depan menutupi dahinya. Baju dress renda dengan motif bunga-bunga kecil merah muda makin membuatnya terlihat cantik dan manis bak boneka porselen. Berbanding terbalik karena si anak perempuan manis tersebut menahan tangisnya ditengah taman yang dikelilingi bunga warna-warni. Lututnya terluka akibat terjatuh saat ia mengejar kupu-kupu. Terdapat bercak luka di rok dress-nya. Ia bingung, ia menatap ibunya yang jauh disana dibalik rerumputan. Ibunya tengah asik mengobrol dengan teman-temannya di beranda ditemani dengan kue-kue kecil cantik dan teh. Ia bingung, ibunya sedang bersenang-senang dan mana mungkin ia merusak suasana dengan luka di lututnya. Ia menahan tangis, mencoba berdiri sambil menahan rasa sakit di lututnya. Saat mencoba berdiri, tiba-tiba seorang anak lelaki, berusia 5 tahun lebih tua darinya, menghampirinya.

"Kamu kenapa?",

Anak perempuan itu terpana melihat anak lelaki yang kini tepat berada di depannya.

"Hei kamu kenapa?",

"O..oh..tidak apa-apa kak",

Anak lelaki itu menaikkan rok si anak perempuan itu. Anak perempuan itu kaget dan sontak menurunkan roknya.

"Kakak ngapain??",

"Lutut kamu berdarah. Duduk disitu terus tunggu ya",

Anak lelaki itu berlari menuju kedalam rumah. Dan tak lama kemudian ia kembali sambil berlari membawa kotak putih dengan lambang plus berwarna merah.

"Angkat roknya, biar kuobati lukanya"

"Gamau..."

"Kenapa?"

Anak perempuan itu menatap si anak lelaki dengan mata berkaca-kaca.

"Sakit.....",

Anak lelaki itu tersenyum.

"Tapi kalau tidak diobati nanti lukanya infeksi, bisa busuk"

"Busuk??!!",

"Iya busuk, mau?"

Anak perempuan itu tak kuasa menahan air matanya saat mendengar hal tersebut. Ia ketakutan. Lututnya membusuk? Siapa yang mau.

"Uuuuh.  Gamau... ",

"Makanya sini diobatin.."

"Kakak bisa?"

"Bisa. Ayo mana lututnya"

Anak perempuan itu mengangkat sedikit roknya hingga lutut dengan luka disana terlihat. Anak lelaki itu mengeluarkan kapas dan membasahinya dengan alkohol.

"Tahan.. jangan gigit lidah ya"

Anak lelaki itu mengusapkan lembut kapas tersebut pada lukanya, membersihkan darah dan kotoran disana. Anak perempuan itu mengatupkan mulutnya untuk menahan sakit. Setelah bersih, anak lelaki itu mengambil kapas baru dan membasahinya dengan Betadine, mengusapkannya pada lutut anak perempuan itu, lalu meniup luka tersebut pelan hingga betadinenya mengering.

"Sudah... liat, tidak apa-apa kan?"

Anak perempuan itu menganggukan kepalanya sambil mengeluarkan air mata. Melihat hal tersebut, anak lelaki itu memetik bunga anyelir putih yang tepat berada di belakang anak perempuan itu, lalu memberikannya.

Renjana (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang