Rrrrrrrrrrt!
Smartphone bergetar di dalam saku celana kainnya. Raynald merogoh celananya lalu mengambil smartphonenya. Sebuah pesan baru saja masuk. Raynald pun langsung mengecek isi pesan tersebut.
Ayah
Hari ini jangan lupa untuk pulang lebih cepat karena kita sudah berjanji dengan Amora dan Om Satria untuk makan malam. Dan jangan coba-coba untuk kabur.
Raynald pun mengumpat kesal, lalu melemparkan smartphonenya kedalam loker, ia pun mengambil sneli kebanggaannya lalu mengenakkannya, mengunci lokernya tanpa menghiraukan Smartphone yang masih ada di dalam. Menurutnya benda tersebut sangat mengganggu konsentrasinya saat ini. Seorang dokter menghampiri Raynald yang masih bersiap siap disana.
"Hei dokter Raynald Abigail Kuncoro yang terhormat, ada seorang pasien untuk anda di IGD. Bisakah Anda memeriksanya?"
Raynald tersenyum, senyumnya terkesan arogan. Ia pun menjawab pertanyaan si dokter muda itu
"Dengan senang hati dokter Hans Sinatra, aku segera kesana"
Raynald pun menggantungkan stetoskopnya di leher. Berjalan dengan penuh percaya diri, menghampiri dokter Hans dan mereka pun saling tos. Ia pun berjalan menuju IGD.
Ya, karena tugas dan hidupku saat ini adalah untuk membantu pasien-pasienku. Cinta dan pernikahan itu cuma bullshit. Hal itu hanya membuang waktu dan tak ada gunanya.
****
Jam dinding menunjukkan pukul 18.00. Amora memandang dirinya di cermin. Memperhatikan Setiap inci wajahnya, apakah ada make up yang kurang pas diwajahnya atau tidak. Merasa blushonnya kurang terlihat, ia pun kembali memoleskan blush-on pada pipinya. Efek peach pada kulit putih wajahnya mempermanis penampilnnya. Amora tersenyum
"Semoga aku terlihat cantik di depan Kak Raynald"
Ia pun merapikan tataan rambutnya dan merapikan dress warna peach yang menghiasi tubuh mungilnya. Rambut panjang hitamnya ia biarkan tergerai bebas.
Suara ketukan terdengar dari pintu kamarnya. Amora berlari kecil ke pintu lalu membukanya.
"Ya ampun putriku cantik sekali hari ini!"
"Ehe, ayah ini bisa aja. Ayo ayah kita berangkat sekarang?"
"Iya sayang, ayo"
Amora pun menggandeng tangan ayahnya menuju mobil Pajero hitam yang akan mereka gunakan menuju hotel tempat mereka makan malam bersama Raynald dan ayahnya. Amora sangat menyayangi ayahnya karena hanya ayahnya lah satu-satunya keluarga yang ia miliki. Ibunya meninggal saat Amora berumur 10 tahun.
Selama perjalanan, Amora gelisah. Ia terus menatap keluar. Tangannya meremas ujung dress-nya. Sudah lama ia tidak bertatap muka dengan Raynald. Sejak Om Rendra, ayah Raynald bercerai dengan istrinya yang tidak lain adalah ibu Raynald, Raynald tidak pernah lagi muncul di acara ataupun pesta-pesta. Raynald pun tidak pernah lagi mengunjungi rumahnya seperti dulu saat ibu Raynald masih ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana (END)
RomansaLet's follow my account first . Ketika sebuah surat wasiat mempertemukan kembali keduanya setelah sekian lama. Membuat mereka terikat oleh janji sehidup semati, pernikahan. Sebuah surat wasiat dari sang kakek membuat Raynald Abigail Kuncoro, sang do...