Teruntuk semua pembaca setia ku. Aku up lagi ❤ Enjoy! ❤
.
.
Waktu menunjukkan pukul 5 pagi. Amora beranjak dari ranjangnya. Setelah tiba di rumah kemarin malam, ia langsung menuju kamar dan merebahkan tubuhnya di ranjang. Rasanya sangat lelah, dan untuk pertama kalinya ia mengutarakan perasaan dan pemikirannya pada orang lain. Dan orang itu adalah Alaric, orang yang belum lama ia kenal. Ia juga bingung, bagaimana bisa ia menceritakan semua itu pada Alaric.Setelah mandi dan bersiap, Amora bergegas untuk membuat sarapan. Saat keluar dari kamar, tampak Raynald yang juga keluar dari kamar, dengan tampang acak-acakan baru bangun sambil memegang snelinya.
"Se..selamat pagi Kak.."
"Pagi", jawab Raynald dengan tampang datar
Raynald langsung meninggalkan Amora begitu saja dan turun ke bawah. Amora menatap punggung Raynald. Ia tahu, ia harus terbiasa dengan sifat Raynald yang seringkali acuh dan dingin padanya. Amora pun berjalan turun dan langsung menuju dapur. Ia menggunakan celemeknya, menyiapkan semua bahan yang akan ia gunakan untuk memasak.
"Ah..untung ayamnya sudah kuungkep kemarin"
Amora pun memulai aksi masak memasaknya. Suara pisau beradu dengan alas potong terdengar nyaring tanda si pembuat masakan sedang sibuk. Kehadiran seseorang membuat konsentrasinya pada wortel menjadi teralihkan. Raynald yang sudah memasuki dapur mondar-mandir seperti mencari sesuatu.
"Kak Ray, cari apa?"
"Ah..Kitty apa kau lihat atau punya benang dan jarum?"
"Oh..ada kak, buat apa?"
"Kancing sneliku lepas. Hari ini aku diundang menjadi pembicara seminar. Tak mungkin aku pakai sneli yang seperti ini"
Raynald memperlihatkan snelinya dan kancing yang sudah terlepas dari sana pada Amora. Amora memperhatikan sneli dan Raynald bergantian.
"Waaaah...kakak jadi pembicara di seminar? Keren kak! Ah..sini, biar aku yang jahit kancingnya. Masakannya sebentar lagi selesai kok. Kakak siap-siap saja nanti terlambat"
"Ah...ya.. baiklah"
Raynald memberikan sneli dan kancingnya pada Amora. Terlihat jelas di wajah wanita tersebut kalau ia begitu bersemangat. Raynald pun meninggalkan dapur. Baru beberapa langkah, Raynald terhenti lalu membalikkan tubuhnya ke arah Amora.
"Hei Kitty.."
"Iya kak?"
"Apa...hari ini kau sibuk? Apa hari ini kau bisa tidak pergi ke butik?"
"Me..memangnya ada apa kak?"
"Kau mau ikut denganku ke tempat seminar?"
Mata Amora membesar, ia terdiam.
"Ah..kalau tidak mau juga tidak apa-apa. Itu pasti membosan...."
"Mau kak! Kalau boleh aku mau!"
Raynald kaget melihat Amora yang terlihat sangat antusias. Amora dihadapannya seperti gadis kecil yang sangat senang saat diajak ke taman bermain atau kebun binatang. Ia hanya menggeleng kepala pelan sambil menahan senyum.
"Kalau begitu cepat selesaikan masak sarapannya lalu bersiap. Aku tidak akan lama"
"Iya kak"
Benar saja. Tak lama Raynald sudah siap mengenakan kemeja navy blue dan celana kain dark grey. Rambut yang disisir rapi ke belakang dan kacamata yang menghiasi wajahnya. Ditangannya kini sudah ada tas laptop, sebuah buku catatan tebal, dan dasi. Raynald pergi menuju meja makan. Tampak Amora yang duduk di salah satu kursi disana tengah serius menjahit kancing snelinya. Di meja makan sudah tersedia nasi, ayam goreng dan capcay yang masih hangat. Ia terdiam, melihat pemandangan yang ada di hadapannya tersebut. Entah kenapa melihat hal itu membuat hatinya begitu tenang yang tanpa ia sadari seulas senyum mengembang di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana (END)
RomanceLet's follow my account first . Ketika sebuah surat wasiat mempertemukan kembali keduanya setelah sekian lama. Membuat mereka terikat oleh janji sehidup semati, pernikahan. Sebuah surat wasiat dari sang kakek membuat Raynald Abigail Kuncoro, sang do...