Bab 27 Ketidaksanggupan

15.5K 852 169
                                    

for all my readers, please don't forget to always vote 🌟 and comment. thank you ❤

Ost for this part
Yiruma - River Flows in You
Let's Play & Enjoy!


Nathan POV

Lukas sedang visit ke pasiennya. Aku sendiri, berjalan berkeliling rumah sakit tempat adikku bekerja, mengaguminya. Rumah sakit ini luar biasa. Peralatan medis terbaru yang mutakhir, dokter dan staff medis lainnya yang sudah pasti sangat hebat dan kemampuannya tak perlu diragukan membuat rumah sakit ini menjadi rumah sakit swasta terbaik. Bahkan rumah sakit ini melayani pasien tak mampu. Kudengar rumah sakit ini milik keluarga Kuncoro dan hanya memiliki pewaris tunggal. Hebatnya lagi, pewaris tersebut adalah dokter spesialis bedah jantung muda yang hebat. Luat biasa. Aku jadi termotivasi dengan dokter itu. Kuharap aku bertemu dengannya suatu hari nanti.

Aku berjalan sambil tersenyum melewati taman rumah sakit dengan bungkusan plastik berisi 2 kaleng susu sapi berlogo beruang yang beriklan naga itu. Ya, aku mau memberikannya untuk Lukas. Kudengar ia harus visit dan mengedukasi pasien TB. Ia butuh minum susu. Namun langkahku terhenti, mataku terpaku pada wanita yang duduk di salah satu bangku taman. Wanita itu, nona dokter manis yang kutubruk tadi! Aku memperhatikannya sambil tersenyum. Namun senyumku seketika hilang, nona itu menangis. Setiap tetes air mata yang luruh di pipinya langsung ia seka, berharap tak ada air mata di pipinya. Aku menatapnya sedih, sepertinya dia dimarahi konsulen. Kenapa aku menarik kesimpulan seperti itu? Dari wajahnya ia masih muda, dan sudah pasti dia masih koas. Ya, tugas koas memang berat, menangis sudah menjadi hal biasa. Saat masih koas, aku pun merasaknnya.

Dengan keberanian penuh aku berjalan mendekati nona itu. Nona itu menyadari kedatanganku dan melihat ke arahku yang kini sudah ada dihadapannya. Ia dengan segera menyeka seluruh air matanya.

"Halo nona, kau ingat aku? Yang menubruk tadi",ucapku mencoba tenang walaupun sangat gugup

"Ah iya kak. Halo.",jawabnya pelan

"Nona, kenapa anda menangis?"

"Ah..tidak apa-apa kak"

Ya, dia pasti menjawab seperti itu. Mana mungkin ia mau menceritakanya pada orang asing sepertiku terlebih tadi aku sudah menubruknya sampai jatuh. Aku duduk disebelahnya lalu tersenyum.

"Ah.. Aku tak tahu apa masalahmu nona. Tapi, kau harus kuat dan sabar. Pekerjaan menolong orang itu memang berat dan dibutuhkan mental baja untuk menjalankannya",ucapku penuh semangat, berharap menjadi motivasi bagi koas manis ini.

"Eh... "

Dengan segera aku mengeluarkan salah satu susu yang ada di kantung plastik, dan memberikannya pada nona itu.

"Ini, ambilah. Jangan menangis lagi"

"Eh, a..anu tidak usah kak"

"Tidak apa-apa, ambilah!",ucapku sambil tersenyum lebar, memberikan langsung susu tersebut ke tangannya.

"Te.. Terima kasih kak",ucapnya dengan senyum manisnya lalu memandang susu ditangannya.

Aku tersenyum lebar. Namun senyumku tiba-tiba memudar. Sesuatu. Sesuatu tersemat di jari manisnya. Keringat dingin keluar dari pori-pori kulitku, jantungku seakan berhenti berdetak. Jeritan hatiku terdengar sangat kencang, namun hanya aku yang dapat mengetahuinya.

Renjana (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang