Bab 8 Rumah Kita

23.3K 902 14
                                    

Waktu menunjukkan pukul 5 pagi. Raynald sudah terbangun dan kini sedang berdiri di balkon kamar hotelnya. Ia memang terbiasa untuk bangun lebih cepat karena efek pekerjaannya yang membutuhkan tingkat kewaspadaan yang tinggi. Sambil menyesap teh panasnya, ia menikmati dinginnya kabut yang semakin lama semakin menipis. Hotel yang mereka tempati saat ini adalah hotel yang berada di dataran tinggi dengan pemandangan pegunungan yang indah. Bahkan kolam renangnya pun menghadap ke hutan seakan-akan berenang di tengah hutan.

Raynald menutup matanya, menikmati setiap hembusan angin sejuk yang menghembus wajah dan tubuhnya. Jarang sekali ia dapat menenangkan pikirannya seperti ini karena biasanya hampir setiap hari ia harus berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan nyawa orang. Bahkan ia sering tidak mendapatkan banyak waktu istirahat. Beberapa saat kemudian ia membuka matanya, lalu membalikkan tubuhnya, bersandar pada balkon lalu memperhatikan pemandangan di dalam. Tampak Amora masih terlelap di atas kasur. Posisi tubuhnya miring menghadap ke arah Raynald. Raynald memperhatikan setiap inci wajah Amora. Alisnya, matanya, hidungnya, bibirnya dan keseluruhan wajahnya.

"Dia lebih cocok menjadi adikku daripada istriku..."

"Nggghh......"

Tiba-tiba Amora bergerak, merubah posisinya mengahadap ke arah sebaliknya, memunggungi Raynald. Perlahan Amora terbangun. Ia menatap ke arah sofa tempat Raynald tidur. Dengan kesadaran yang masih tipis, ia mencari Raynald ke kanan dan ke kiri

"K..Kak Ray....?"

"Aku disini Amora"

Amora membalikan tubuhnya. Tampak Raynald sedang bersandar pada balkon. Cahaya matahari terbit menyinari Raynald,dan itu membuat Raynald semakin tampak sangat tampan di mata Amora. Pipi Amora bersemu merah melihat pemandangan tersebut.

"Ga..Ganteng..."

"Hah?"

"Eh...ngga kak, bukan apa-apa!"

Dan kini kesadaran Amora sudah terkumpul sempurna. Raynald berjalan ke arah Amora. Tangan Raynald terjulur ke arah kepala Amora. Amora menegang lalu menutup matanya. Terasa sedikit sentuhan di rambutnya.

"Bisakah kau tidak bergetar atau menutup mata saat dekat denganku?"

Amora membuka matanya lalu melihat ke arah Raynald.

"I..iya kak?"

"Ada kelopak bunga menempel di rambutmu"

Raynald menunjukkan kelopak-kelopak bunga yang dia ambil dari rambut Amora.

"Hei Amora, kenapa kau selalu bergetar dan menutup mata saat aku mendekatimu? Kau seperti anak kucing"

"A...anak kucing??"

"Iya..anak kucing yang rapuh dan ketakutan. Kau tahu? Kitty..."

Amora hanya bisa menganga. Ia tidak percaya diibaratkan seperti anak kucing.

"Sudahlah ayo bangun. Bangun siang tidak baik untuk kesehatan. Kau bersiaplah, kita sarapan sebentar lagi"

"Tapi kak..."

"Kenapa?"

"Ba..bajuku tidak ada..."

Raynald sadar, baju Amora disembunyikan oleh Anastasia. Dan sangat tidak mungkin jika Amora sarapan menggunakan kemejanya yang kebesaran seperti itu. Raynald pun mengambil smartphonenya lalu mencari kontak Anastasia. Saat hendak menelepon tiba-tiba terdengar ketukan pintu. Raynald pun berjalan menuju ke pintu lalu membukanya. Tampak seorang belboy disana

"Maaf menganggu kang. Ini ada titipan tas untuk teh Amora"

Raynald pun mengambil tas tersebut

"Terima kasih"

Renjana (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang