Bab 31 Makna

14K 792 122
                                    

Don't forget to always vote and comment ⭐

Sudah lebih dari dua bulan sejak kepergian ayah Amora. Amora yang seringkali menangis kini sudah tak begitu sering menangis. Itu semua karena Raynald. Raynald yang seringkali menemaninya walau tak melakukan apa-apa, tidak kelayapan ke bar atau pub dan pulang ke rumah tepat waktu saat jadwal prakteknya selesai. Bahkan selama itu pula ia tak menghubungi ataupun bertemu denga wanita-wanita teman tidurnya. Pulang, satu-satunya hal yang ia inginkan setelah pekerjaannya selesai adalah pulang. Walau gejolak dalam dirinya membuatnya lelah.

Hari ini Raynald pulang lebih cepat karena ia hanya melakukan visit ke pasien-pasiennya dan tak ada jadwal operasi ataupun cito.

"Jam 3, kitty pasti masih di butik. Kususul saja dia"

Raynald pun bergegas berjalan keluar dari rumah sakit menuju parkiran. Dalam perjalanannya, perawat, koass, RMO, dan tenaga kesehatan rumah sakit lainnya tersenyum saat berpapasan dengan Raynald. Tentu saja, siapa yang tak mengenal Raynald. Selain anak tunggal dari pemilik rumah sakit ia pun merupakan dokter spesialis muda yang hebat. Terlepas dari image dirinya yang "hobi bermain wanita", ia merupakan dokter yang cukup ramah dan tidak sombong. Ia bahkan tak pelit ilmu saat para dokter koas bertanya padanya. Ia membalas setiap senyuman dan sapaan santun setiap orang padanya. Walaupun keramahan Raynald terbatas, tidak seperti Arka, Anastasia apalagi Hans.

"Dokter Raynald!"

Panggilan seseorang menghentikan langkahnya di lorong rumah sakit. Ia menoleh ke arah sumber suara. Tampak Lukas berlari tergopoh-gopoh ke arahnya.

"Ada apa?"

"Dokter, maaf mengganggu jam pulang anda dok",ucap Lukas dengan nafas yang tersengal-sengal

"Hei ada apa? Coba kau tarik nafas dulu"

"Dok, apa Amora sudah baik-baik saja sekarang? Aku menghubunginya beberapa kali dan ia bilang ia baik-baik saja. Tapi ia sejak dulu selalu berbohong jika ia kenapa-kenapa. Aku tak bisa memastikan ia sungguh-sungguh tidak apa-apa jika tak bertemu secara langsung. Jadi, apakah ia sekarang tidak apa-apa? Apa dia masih sering menangis? Apa makannya tetap teratur dan dan nafsu makannya baik?"

"Hei bisakah kau bicara pelan-pelan dan bertanya satu persatu? Kau seperti wartawan berita. Dan apa itu pertanyaan makan teratur dan nafsu makan baik atu tidak? Memang kitty pasien malnutrisi? Sekalian saja kau tanya asupan makannya berapa kalori, tingkat kesadarannya compos mentis atau somnolen, apakah ada disfagia dan lainnya huh"

Lukas tetap menatap Raynald, menunggu Raynald menjawab semua pertanyaannya. Raynald menggeleng pelan, ia menggaruk pelan dahinya.

"Amora sudah tidak apa-apa. Ia tidak terlalu sering menangis lagi. Ia juga makan cukup banyak"

Lukas menghela nafas lega dan tersenyum lebar. Rasanya sungguh senang mendengar hal itu.

"Kau benar-benar sangat mengkhawatirkannya ya, big brother?"

"Tentu saja dok"

Raynald menatap Lukas yang wajah tegang dan cemasnya kini menjadi lebih tenang.

"Hei Lukas, kalau kau ada waktu datanglah berkunjung ke rumah. Kau boleh menemui kit...ah Amora... "

"Benarkah dok?"

"Tapi dengan catatan jika aku pun ada di rumah"

"Baiklah dok. Terima kasih. Kalau begitu saya pergi dulu dok. Hati-hati dijalan dok"

"Ya"

Lukas pun pamit meninggalkan Raynald. Saat Lukas baru berjalan beberapa meter, Raynald memanggil Lukas

Renjana (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang