Bab 17 Tak Pantas

15.7K 838 43
                                    

Rasa kesal, marah, takut bercampur aduk. Dicium oleh pria lain yang bahkan baru pertama ia temui membuat Amora merasakan semua emosi tersebut. Air matanya meluncur satu persatu di pipinya. Ia mengendarai motornya dengan cepat. Sesampainya dirumah, Amora langsung menuju kamar mandi. Ia menyikat gigi dan membasuh berkali-kali bibirnya. Perasaan sangat bersalah Amora rasakan. Bagaimana tidak, ia sudah memiliki Raynald sebagai suaminya tetapi ia malah dicium pria lain. Walaupun Raynald sudah mengatakan bahwa ia tidak akan menyentuh Amora seumur hidupnya. Tubuh Amora merosot ke lantai, ia memeluk kedua lututnya sambil menangis

"Kak Ray...uuukh pulang kak...Maafkan aku... Kumohon kak pulang... Aku takut..."

Raynald duduk di sebuah meja restoran yang berada di ketinggian kota. Pemandangan malam yang terpangpang di sekelilingnya begitu indah. Di depannya duduk seorang wanita sangat cantik yang ia jemput di club tadi. Makanan di depan Raynald hanya dia acak-acak pelan dan ia suapkan ke mulutnya dengan ogah-ogahan.

"Hei Ray, kenapa diam saja? Kamu tidak suka makanannya?"

"Ah.. tidak, aku sedikit lelah"

"Apa karena ciuman kita di depan club tadi?"

Raynald hanya tersenyum sambil mencoba melahap kembali makanannya tanpa melirik pada wanita tersebut.

"Terima kasih ya Ray, kau sudah menepati janjimu mentraktirku disini"

"Tentu saja Renata. Ini sebagai bayaran karena kau sudah bermain sangat lihai di atas ranjang beberapa hari lalu",ucap Raynald sambil tersenyum nakal

Wanita tersebut mendekati Raynald, lalu memeluk mesra Raynald. Wajahnya mendongak kearah wajah Raynald. Tangannya menyentuh lembut wajah pria tampan tersebut.

"Kalau begitu, ayo kita lakukan lagi. Akan kuperlihatkan permainan yang lebih hebat dibandingkan beberapa hari lalu"

Raynald tersenyum. Namun tiba-tiba wanita lain terlintas dipikirannya. Wanita yang ia lihat tadi di sebrang jalan, wanita yang membuatnya mencium wanita yang kini ada di hadapannya. Mengingat hal itu, secara otomatis Raynald melepaskan pelan sentuhan tangan dan pelukan wanita tersebut.

"Ray?"

"Sebentar, aku mau ke toilet dulu"

Raynald dengan langkah cepat berjalan menuju toilet. Toilet tersebut sepi, tidak ada siapapun disana. Raynald berjalan medekati wastafel, membuka keran air dan membasuh wajahnya. Ia menatap ke cermin, memperhatikan wajahnya yang terlihat kacau. Perasaannya tidak menentu sejak ia meninggalkan rumah. Tidur bersama teman-teman tidurnya yang lain tidak membuat perasaannya lebih baik, justru membuatnya lebih kacau. Ekspresi Amora saat melihatnya dengan Renata terus terbayang. Dan entah kenapa firasatnya sangat tidak enak.

"Kau sudah gila Raynald. Kau sudah gila. Untuk apa kau pikirkan kitty."

Ia kembali membasuh wajahnya. Kini kedua tangannya berada di antara wastafel, menahan tubuhnya yang condong ke depan, mendekatkan wajahnya ke kaca. Lubuk hatinya yang terdalam memintanya untuk pulang sekarang juga. Namun otaknya menolak. Kepalanya semakin pusing. Ia merogoh saku celananya dan mengambil sapu tangan. Ia mengelap wajahnya kasar. Ia keluar dari toilet dan berjalan menuju meja yang ia tempati bersama wanita teman tidurnya.

"Ah Ray.."

"Renata, aku harus ke rumah sakit sekarang"

"Ah baiklah...."

"Aku pergi dulu"

Wanita itu tersenyum. Raynald pun dengan cepat mengambil jasnya lalu pergi meninggalkan wanita tersebut. Ia memasuki mobil lalu mengendarainya dengan cepat. Ia pasti sudah gila dengan mengikuti kata hatinya. Pulang, ia harus pulang. Perasaanya sangat tidak enak. Ia kesal, kenapa ia harus selalu teringat dengan Amora. Ia hanya ingin Amora pergi dari hidupnya, tidak menikah dengannya. Tapi kenapa Amora justru menerima dan tetap bertahan. Dan kini lebih gilanya, disaat ia ingin membuat Amora menyerah, justru ialah yang malah peduli dengan kehidupan Amora. Padahal ia sudah menegaskan bahwa ia tidak akan peduli dengan kehidupan Amora.

Renjana (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang