Amora hanya diam di kursi penumpang, memandang lurus kedepan dengan tegang. Bagaimana tidak, dia akan dihukum. Dia pun saat ini ketakutan, kemana Raynald akan membawanya. Disampingnya, di kursi kemudi, Raynald tengah fokus mengendarai mobilnya. Sesekali Raynald diam-diam melirik ke arah wanita disebelahnya. Amora yang memakai pakaian tak seperti biasa, skinny jeans dengan sweater berwarna baby pink dan rambut yang diikat sehingga memberikan kesan casual. Memang Raynald yang meminta Amora untuk memakai pakaian yang tidak merepotkan. Tapi melihat Amora memakai pakaian seperti itu rasanya sedikit aneh karena Amora selalu identik dengan rok, dress atau apapun pakaian yang cantik dan terkesan sangat girly. Tadi pun saat Amora memakai blouse berwarna hitam, Raynald dengan tegas memintanya untuk menggantinya. Kittynya tak cocok dengan warna gelap. Dimata Raynald, Amora hanya cocok memakai warna pink, putih, dan semua warna-warna manis juga lembut lainnya. Raynald sok mengatur? Mungkin. Ia hanya tak suka jika Amora tak nyaman ia pandang walaupun wanita itu bukan objek pandangnya, mungkin.
Mereka pun tiba di depan sebuah cafe berlambang wanita berwarna putih dengan latar hijau. Raynald merapikan letak topinya dan memakai masker untuk menutupi wajahnya yang terdapat luka dan lebam. Ia merasa jika tak ditutupi, ia pasti menjadi pusat perhatian orang.
"Ayo kitty, kita turun"
"I.. Iya kak"
Mereka menuruni mobil, berjalan menuju cafe tersebut. Saat tiba di pintu, Raynald merogoh saku celannya dan memberikan dompetnya pada Amora.
"A..apa ini kak?"
"Belikan aku ice mocca, jangan pakai whipped cream. Cakenya bebas. Kau juga pesan kitty, bebas mau apa dan berapa saja. Sesukamu."
"Iya kak"
Raynald masuk kedalam diikuti oleh Amora. Aroma kopi menyeruak saat mereka masuk kedalam. Mencium aroma itu, Amora tersenyum. Aroma yang sangat enak walaupun terkesan sangat maskulin.
"Selamat datang",ucap para barista dari bar sambil tersenyum.
Amora membalas dengan senyum manis dan berjalan menuju bar tersebut untuk memesan. Raynald melihat ke arah para barista tersebut. Beberapa di antara mereka terpesona. Salah satunya bahkan berhenti melakukan aktivitas meracik kopinya saat melihat senyuman Amora. Rahang Raynald mengeras, ia kesal. Tunggu, kenapa ia harus kesal? Ia pun berjalan memutari bar dan duduk di meja di belakang bar. Meja tersebut sedikit tersembunyi dan tak menarik perhatian orang lain namun nyaman. Amora sendiri masih di bar, memilih pesanannya.
"Silakan nona, mau pesan apa?""Ah.. Ice Mocca tanpa whipped cream, lalu greentea latte dengan whipped cream"
"Cakenya nona?"
"Mmm..kak Ray suka apa ya? Ah ini saja, red velvet 1, cinnamon rollnya 1"
"Oke nona ini cakenya. Mocca dan greentea lattenya atas nama siapa?
"Mocca untuk Raynald, greentea latte untuk Amora"
"Baik nona Amora, ditunggu ya",ucap si barista sambil tersenyum
Amora membalas senyuman sang barista dan mengambil cakenya. Amora memberi dua lembar uang berwarna merah kepada casier untuk membayar. Setelah menerima kembalian, Amora pun berjalan ke arah meja yang telah di tempati Raynald sambil membawa nampan berisi dua piring berisi cake dan cinnamon roll yang dipesannya tadi. Ia berkonsentrasi pada langkahnya tanpa menyadari Raynald sudah menatapnya tajam. Dan tatapan tajam tersebut Amora sadari saat ia sudah hendak duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana (END)
RomanceLet's follow my account first . Ketika sebuah surat wasiat mempertemukan kembali keduanya setelah sekian lama. Membuat mereka terikat oleh janji sehidup semati, pernikahan. Sebuah surat wasiat dari sang kakek membuat Raynald Abigail Kuncoro, sang do...