(Last Part) Bab 53 Pulang

21K 877 118
                                    

Song for this part
Shinee - Tell Me What To Do

((lagu yang pertama kalinya kudengar, tanpa tahu apa artinya, namun membuatku memutuskan untuk membuat cerita Renjana, cerita yang sudah
lama ada di kepalaku))

******

Terima kasih untuk semua pembaca yang sudah setia dan sangat sabar untuk Renjana. Ini adalah Last Part. Enjoy. Semoga tidak mengecewakan dan memberikan penyesalan yg begitu dalam :)
-NonaGrey-

*****

Awan kelabu kini perlahan menutupi terangnya bulan purnama.  Malam kini tampak lebih kelam. Angin berhembus cukup kencang, rasa dinginnya menusuk setiap permukaan kulit yang di terpanya. Raynald tetap terdiam, tak mempedulikan perubahan cuaca tersebut. Kini ia sudah duduk  di salah satu bangku taman di area kompleks perumahannya, seorang diri. Ditemani oleh lampu taman dengan cahayanya yang sebatas remang, ia menatap jam tangan hitam,  pemberian wanita yang baru saja ia lepaskan, yang kini ada di tangannya.

"Kau sudah melakukan hal yang benar", gumamnya pelan, meyakinkan hatinya.

Setelah mengantarkan wanita tersebut kepada pria yang pantas untuknya, Raynald langsung pulang menuju rumahnya. Isi kepalanya kosong, namun hatinya bergemuruh. Sesak semakin terasa, namun ia terus berusaha untuk tenang. Ia pun mencoba mengalihkan semua hal yang kini mendatangi dirinya setelah melakukan hal yang menurutnya benar. Namun dadanya semakin sesak. Ia memutuskan untuk pergi dari rumah tersebut hingga akhirnya berakhir di kursi taman tersebut.

"Kau sudah melakukan hal yang benar"

Lagi. Kata-kata tersebut keluar dari mulutnya. Namun dadanya tetap sesak. Sesuatu seolah mendorong keluar perasaan yang sesungguhnya ia rasakan dengan paksa. Nafas Raynald tercekat, dadanya semakin sesak. Matanya mulai memanas. Raynald mencoba bernafas dengan normal. Namun dadanya semakin lama semakin sakit. Suara guntur dari atas sana mulai terdengar samar.

"Aku sudah melakukan hal yang benar, aku yakin itu", ucapnya dengan suara yang tampak menahan gemetar dari dalam sana.

Terus, ia terus mengumamkan kata-kata tersebut. Ia sudah melakukan hal yang benar. Ia sangat yakin akan hal itu. Ya, ia mencoba meyakini itu. Suara guntur semakin terdengar jelas. Beberapa tetes air jatuh tepat di atas kaca yang menutupi sepasang jarum yang terus berputar pada jam tangan tersebut. Raynald pun menggenggam erat jam tangan tersebut.

Angin semakin kencang. Tetesan air hujan mulai turun. Semakin deras, hujan kini turun semakin deras, membasahi seluruh tubuh Raynald tanpa ampun. Pria itu tetap diam, menggenggam erat jam tangan tersebut dengan kedua tangannya. Ia menutup matanya erat, mencoba menahan sesuatu yang sesungguhnya sudah keluar dari kedua matanya.

"Tuhan, sungguh. Aku sudah melakukan hal yang benar bukan? Aku sudah melepaskan Amora. Aku sudah melepaskannya. Jadi kumohon, hilangkan semua perasaanku padanya. Aku tak pantas untuknya. Aku tak akan pernah melukai ciptaanMu lagi. Aku janji, aku tidak akan mengusiknya lagi. Jadi kumohon, hilangkan rasa sesak ini. Aku mohon Tuhan. Aku mohon. Aku sejak awal, memang tak mengharapkan perasaan apapun darinya"

******

"Amora"

Suara Nathan memecah lamunan Amora. Amora menatap ke arah mata Nathan yang kini memandang lurus ke arah dirinya. Makanan yang dihadapannya tak ia makan sedikit pun, hanya ia acak-acak pelan.

"I...iya Bang Nathan?"

"Kenapa tidak dimakan. Ayo dimakan Mor"

Amora tersenyum tipis lalu mengangguk pelan. Pelan, ia menyuapkan makanan tersebut ke mulutnya. Nathan menatap Amora. Sejak kejadian tadi, Amora hanya terus diam. Nathan tak tahu harus memulai perbincangan mereka dari mana. Bahkan ia ragu, apakah hari ini adalah hari yang tepat untuk menanyakan hal tersebut.

Renjana (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang