Author POV
Waktu sudah menunjukan pukul setengah 8 pagi, namun Raynald masih terbaring nyaman di atas ranjangnya. Matanya perlahan sedikit terbuka. Dengan pandangannya yang masih buram, ia meraba-raba sisi kasur yang kosong disisinya. Tidak ada orang. Ia pun kembali memejamkan matanya, berharap agar bisa kembali terlelap dalam tidurnya karena sungguh saat-saat seperti ini jarang sekali dapat ia rasakan.
Pintu kamar terbuka, terdengar suara langkah kaki masuk. Tak lama terdengar suara tirai terbuka sehingga membiarkan cahaya sang mentari memasuki kamar.
"Kak Ray, bangun. Ini sudah siang"
Sebuah senyum simpul terbentuk diwajah Raynald saat mendengar suara tersebut. Namun ia kembali menarik selimut yang kini menutupi hingga hampir seluruh tubuhnya.
"5 menit lagi kitty....."
"Tapi yang lain sudah menunggu kak"
Raynald mengintip di balik selimut yang menutupi wajahnya. Amora memalingkan matanya ke bawah, tak mau menatap mata Raynald yang kini menatap lurus ke dalam manik matanya. Dibalik selimut Raynald tersenyum melihat Amora yang masih saja sama seperti dahulu.
"Sayang, kemari sebentar"
Jantung Amora berdetak lebih cepat, wajahnya memanas. Amora pun berjalan mendekati Raynald. Saat beberapa langkah lagi, Raynald menarik tangan Amora, membuatnya terduduk di ranjang. Dengan segera Raynald pun memposisikan kepalanya di pangkuan paha Amora.
"Aduuuh...kakak...!"
"Kenapa wajahmu tetap merah setiap kali aku menatapmu huh? Bukankah kita sudah melalui banyak hal bersama, Amora", ucap Raynald dengan senyum nakalnya
"Bu... bukan begitu kak... ha... hanya saja... malu...."
Amora terdiam, wajahnya terasa sangat panas. Raynald tersenyum lebar. Ia pun meraih salah satu tangan Amora, meletakkannya di pipinya sambil terus menganggamnya. Ia pun menutup matanya pelan
"5 menit Amora, hanya 5 menit"
Amora terdiam. Raynald mulai tertidur lelap. Wajahnya tampak begitu damai. Tangan Amora lainnya yang masih bebas perlahan mengelus kepala Raynald pelan. Ia tersenyum melihat Raynald yang seringkali meminta perhatian berlebih padanya walau pada akhirnya berakhir dengan hal yang sungguh membuatnya kerepotan. Tangannya terhenti, tampak sebuah bekas luka pada kening Raynald. Ya. Begitu banyak yang terjadi saat mereka memutuskan untuk kembali bersama. Satu persatu wanita Raynald muncul. Raynald sempat frustasi dan kembali meminta Amora untuk pergi. Ia tak mau Amora harus menderita karenanya. Namun Amora tetap bertahan dan meyakinkan Raynald bahwa dirinya akan tetap bersama Raynald.
*******
Flashback
Amora POV
Sudah malam, waktu sudah menunjukan pukul 11. Padahal Kak Ray bilang ia akan pulang cepat, tidak akan lebih dari jam 9 malam. Namun sudah lewat 3 jam dari waktu yang ia janjikan.
"Kenapa kakak belum pulang?"
Beberapa kali, sejak kami memutuskan untuk bersama kembali, Kak Ray memang sering pulang larut malam karena ada cito. Tapi ia selalu mengabari lebih dahulu. Apalagi saat ini, di saat kondisiku yang sekarang, ia selalu saja bertanya mengkhawatirkan kondisiku. Bahkan ai memintaku untuk tidak pergi ke butik dan tetap tinggal di rumah. Aku menolak karena berdiam diri dirumah hanya akan membuatku bosan.
Perasaanku tak enak. Aku mencoba meneleponnya kembali. Tak ada jawaban. Aku semakin gelisah. Sudah banyak yang terjadi. Aku sungguh tak mau hal-hal tersebut terjadi kembali. Beberapa kali, kak Ray menyembunyikan hal tersebut. Ia mengatakan bahwa dirinya ada urusan sehingga tidak dapat pulang cepat bahkan harus menginap di rumah sakit selama berhari-hari atau pergi keluar kota. Namun seringkali hal tersebut ternyata merupakan suatu kebohongan. Hal buruk terjadi padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana (END)
RomanceLet's follow my account first . Ketika sebuah surat wasiat mempertemukan kembali keduanya setelah sekian lama. Membuat mereka terikat oleh janji sehidup semati, pernikahan. Sebuah surat wasiat dari sang kakek membuat Raynald Abigail Kuncoro, sang do...