Bab 48 Untuk Terakhir Kalinya

13.6K 850 106
                                    

"Hei Ray, bagaimana? Apa yang sekarang terasa?",tanya Hans mengamati dengan serius wajah pucat temannya tersebut

Setelah Raynald sadar, Arka, Anastasia dan Hans langsung menemui dan menemaninya.

"Sudah kubilang tidak apa-apa. Kenapa kau bertanya terus",jawab Raynald

"Aku bertanya terus karena aku yakin kau kenapa-kenapa Ray. Kau lemas kan? Terus kenapa kau tidak mau makan huh? Kau mau para ahli gizi itu datang berbondong-bondong kesini dan mengamuk karena kau tidak mau makan? Kau memang dokter, tapi statusmu sekarang tetaplah seorang pasien",omel Hans sambil menunjuk-nunjuk satu set bubur, sup, buah dan makanan lainnya.

Raynald mendesah pelan. Ia sungguh tidak ada nafsu sedikit pun. Jangankan untuk makan, menyentuhnya saja tidak mau. Yang kini ia lakukan hanyalan berbaring dan memalingkan wajahnya ke arah jendela. Hans yang merasa dirinya diacuhkan oleh Raynald hanya mengumpat kesal. Arka dan Anastasia pun hanya dapat diam.

Mata Raynald menerawang keluar sana. Entah, tapi ia mendengar suara Amora saat ia pingsan kemarin. Amoranya menangis sambil memanggil namanya. Ia kembali mendesah panjang, memijat keningnya pelan, itu tidak mungkin. Kepalanya kembali pusing, tubuhnya pun masih terasa panas. Melihat keringat yang kembali nampak di dahi Raynald, dengan sedikit ragu Anastasia menghampiri Raynald sambil membawa beberapa lembar tisu. Ia pun mengelap pelan keringat di dahi pria tersebut. Raynald menoleh pelan kearah Anastasia yang ekspresi wajahnya sudah tak dapat dideskripsikan.

"Ana..."

Anastasia yang sudah menahannya sejak tadi akhirnya menangis.

"K..Kau jangan sakit. Aku jadi bingung. Jangan sakit Ray..",ucap Anastasia sambil mencoba menahan tangisnya

"Jangan menangis Ana. Laki-laki tidak boleh menangis"

Anastasia memukul bahu Raynald keras sambil terus menangis, sedangkan Arka, Hans dan Raynald hanya tertawa melihatnya.

"Maaf Kak Ana",ucap Raynald sambil mengetuk pelan dahi Anastasia

Walau usia Anastasia yang paling tua diantara mereka, namun Anastasia tidak pernah mau dipanggil kakak.

"Jangan panggil aku seperti itu. Aku jadi kelihatan lebih tua"

"Bukan kelihatan, memang kenyataan",ujar Hans dengan senyum meledek

Sambil tetap menangis Anastasia melempar kotak tisu yang ada di dekat sana dan dengan segera Hans menghindari lemparan tersebut. Raynald terkekeh pelan sedangkan Arka hanya menggeleng pelan melihat tingkah laku mereka. Raynald menatap Anastasia yang tetap menangis. 

"Lagipula kau tidak salah Ana. Kau memang sepantasnya marah padaku karena aku memang pria kurang ajar",ucapnya lirih

******

"Ayo Mor, dimakan dulu. Kau belum sarapan kan",ucap Nathan sambil membuka kotak makan dan menyodorkannya kepada Amora

"Bang Nathan belum jawab pertanyaanku. Kenapa abang datang kesini?"

"Baiklah. Aku khawatir kau dan ibu ada apa-apa disini",ucapnya santai

Walaupun sesungguhnya di dalam hati Nathan, ia khawatir dengan Amora. Ia sungguh merasa ada sesuatu yang mengganggu hatinya saat Amora dan ibunya pergi. Dan benar saja, saat dirinya baru tiba di kota ini tadi malam, ibunya memberi tahu bahwa Amora menemani pria yang masih berstatus suaminya itu dirumah sakit. Sungguh, keputusan Nathan untuk menyusul Amora ia rasa sangat tepat.

"Ayo Amora, cepat kau makan. Nanti kau masuk angin"

"Bang aku bukan anak kecil"

Nathan pun mengacak-ngacak rambut Amora sambil tertawa. Sungguh wanita dihadapnnya adalah wanita yang paling manis dan menggemaskan yang pernah ia temui.

Renjana (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang