Amora POV
"Aku....hamil anaknya"
Kalimat tersebut terus terngiang dalam benakku. Anak, Kak Ray memiliki anak. Kak Ray memiliki seorang anak dari Kak Keiko. Usia anak mereka sudah dua tahun, bahkan usia pernikahanku dengan Kak Ray setahun pun belum. Kisah mereka sudah dimulai lebih dulu dibandingkan pernikahanku dengan Kak Ray. Aku tersenyum miris, jika diibaratkan dalam sebuah kisah, aku nampak seperti seorang pemeran antagonis, wanita tak tahu diri yang dengan senang hati menikah dengan seorang pria yang bahkan sudah jelas dan terang-terangan menolaknya. Lalu dengan seenaknya aku memiliki keinginan untuk merubah Kak Ray seperi dahulu.
Anak. Kak Ray memiliki seorang anak. Semakin sering kalimat tersebut terlintas dikepalaku, semakin banyak pertanyaan yang terbentuk karenanya. Namun ada satu pertanyaan besar yang mendominasi kepalaku. Apa alasan sebenarnya Kak Ray tidak mau menikah denganku adalah karena ia mencintai Kak Keiko sehingga dulu ia sering mengunjungi Jepang? Aku terus memikirkan berbagai prasangka yang terus menyelimuti seluruh pikiranku hingga akhirnya ketukan dari kaca pintu butikku menyadarkanku. Aku kaget, tampak Kak Arka disana, mengintip ke dalam dengan senyum khasnya.
"Mor, apa butikmu sudah buka?",ucapnya samar dari luar sana
Kak Ray memang memintaku untuk tidak pergi kemana pun dan diam di rumah. Namun untuk pertama kalinya aku tidak menuruti perkataanya. Diam di rumah membuat kemelut dalam diriku semakin menjadi, walaupun kini kemelut tersebut tetap membayangiku hingga tanpa sadar yang kulakukan hanya melamuninya disini hingga lupa untuk membuka butik padahal kini sudah hampir tengah hari. Aku mengangguk dan tersenyum sekilas, lalu berjalan menuju pintu dan membukanya.
"Ah, maaf. Apa aku telah membuka paksa sebuah butik karena aku mau membeli sesuatu disini?"
"Ah, tidak kak. Aku memang baru mau membukanya sekarang"
Kak Arka menatapku, senyum diwajahnya sempat menghilang namun sebelum menghilang seluruhnya ia menarik kembali bibirnya keatas hingga senyum tersebut kembali terbentuk. Sejujurnya, dibandingkan semua teman dekat Kak Ray, Kak Arka menurutku sedikit berbeda. Ia sangat ramah dan baik, sosoknya bagaikan kakak laki-laki diantara Kak Ray, Kak Hans dan Kak Ana walaupun usianya bukanlah yang paling dewasa. Dan satu lagi, entah kenapa semua anak-anak sangat suka padanya.Aku pernah beberapa kali melihatnya di rumah sakit. Anak-anak biasanya menangis saat bertemu seorang dokter. Sebaliknya pada Kak Arka, anak-anak malah berhenti menangis dan sangat suka saat Kak Arka memeluk atau menggendong mereka. Mungkin karena itulah ia menjadi dokter spesialis anak. Tetapi hal tersebut bukan merupakan sedikit perbedaan yang kumaksud. Sebenarnya aku merasa dibalik semua sifat Kak Arka tersebut, tersimpan sisi lain yang tak terlihat. Sisi lain yang menurutku menakutkan. Terkadang tatapan matanya begitu menyelidik, dan saat ia merasa marah atau terancam, aku merasa ia seperti akan menghabisi semua orang. Seperti sekarang ini, walaupun ia tersenyum, aku yakin ia meyelidikiku. Ia menatapku seperti itu dan membuatku takut.
"A...Anu Kak, apa ada yang bisa kubantu?"
"Anu Amora, bisakah kau membantuku memilihkan sebuah pakaian untuk seorang wanita?"
"Pa..pakaian? Pakaian seperti apa kak?"
"Ah, aku tidak tahu namanya. Kau tahu Amora, yang biasa dipakai wanita...",ucapnya berfikir sesaat,"Nah seperti yang kau pakai!",serunya saat melihat dress yang kukenakan.
"Maksud kakak dress. Akan aku pilihkan kak"
"Ya tolong ya Mor. Aku tidak paham yang seperti ini. Lalu aku ingat istri sahabatku memiliki sebuah butik"
Tanganku yang sibuk memilih dress yang tergantung disana terhenti sesaat. Istri sahabatnya. Pikiranku tiba-tiba melayang entah kemana. Namun pikiranku kembali ke fokus awal saat Kak Arka menatap wajahku lekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana (END)
RomanceLet's follow my account first . Ketika sebuah surat wasiat mempertemukan kembali keduanya setelah sekian lama. Membuat mereka terikat oleh janji sehidup semati, pernikahan. Sebuah surat wasiat dari sang kakek membuat Raynald Abigail Kuncoro, sang do...